SOLOPOS.COM - Foto para pendaki yang sempat tersesat di Gunung Lawu. Foto-foto tersebut ditempel di papan pengumuman Pos Cemorokandang selama proses pencarian, Rabu (29/7/2015). (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Pendaki yang hilang di Gunung Lawu, Angger Abdul Triadi, 9, menjadi sorotan karena mampu bertahan saat hilang.

Solopos.com, SOLO — Angger Abdul Triadi, 9, salah satu bocah pendaki yang hilang kontak selama tiga hari di Gunung Lawu dan ditemukan Rabu (29/7/2015) sore, tampak sehat bugar saat wartawan mendatangi rumahnya di Pucangsawit, Jebres Solo, Kamis (30/7/2015).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Anak dengan potongan rambut ala Punker ini sibuk bermain dengan kakaknya Sasiati Satsuni, 11, yang juga ikut mendaki ke Gunung Lawu di teras rumah. Saat ditanya apakah akan kembali mendaki setelah sempat hilang kontak di Gunung Lawu, Abdul, panggilan akrabnya, mengatakan dengan semangatnya akan kembali naik gunung.

Abdul tidak kapok naik gunung meskipun sebagian orang menganggap aktivitas itu berbahaya dilakukan oleh anak seusia Abdul. “Enggak apa-apa, malah pengin naik lagi. Enak banyak temannya,” kata Abdul dengan nada polosnya saat ditanyai Solopos.com.

Hal senada juga diutarakan Sasi, panggilan akrab Sasiati Satsuni, kakak Abdul. Sasi hanya tersenyum malu ketika ditanya apakah mau naik gunung lagi atau tidak. “Ya kalau diajak juga enggak apa-apa,” kata dia sambil cengengesan.

Selain Sasi dan Abdul, pendaki lain dalam kelompok itu adalah Refi Riffeli, 18, yang juga kakak dari Sasi dan Abdul); Guruh Putra Respati, 18; Gabriel Febriyanto, 18; dan Rizal Farhan, 18, yang merupakan siswa SMKN 9 Solo; dan Maya Mega Pratiwi, 18, warga Perum Subur Makmur Ngringo, Jaten, Karanganyar. Rombongan itu berangkat pada Sabtu (25/7/2015) dan baru turun gunung Rabu (29/7/2015) Sore.

Lalu bagaimana mereka bisa bertahan hingga lima hari di puncak Gunung Lawu? Saat ditanya itu, Abdul mengaku hanya mengandalkan air minum dan buah-buahan. “Ya makan buah sama minum,” kata dia. Abdul mengatakan buah itu didapat dari warung Mbok Yem yang berada di sekitar tempat mereka ditemukan. “Kan ada warung di sana, jadi kami dapat dari sana,” kata bocah yang baru kelas III SD itu.

Sementara itu, ayah Abdul dan Sasi, Arif Zaenal Arifin, mengaku ikut mendaki ke puncak bersama anak-anaknya pada Sabtu. Namun dia turun lagi dan meninggalkan anak-anaknya di puncak. “Kami hanya membawakan bekal saja, itu pun hanya cukup untuk satu hari. Karena di bawah puncak Gunung Lawu itu kan ada warung, jadi saya pikir anak-anak bisa beli di situ,” kata dia.

Sebagai orang tua, Arif, mengaku sempat khawatir saat kehilangan kontak dengan rombongan anak-anaknya. “Saya itu selalu memantau keberadaaan rombongan anak-anak saya. Selasa pagi itu saya sempat kontak-kontakan dengan anak-anak. Termasuk dapat informasi dari para pendaki yang turun waktu itu. Tapi Selasa Sore, saya sudah kehilangan kontak dengan anak-anak. Makanya saya sempat khawatir waktu itu,” ucap dia.

Dia mengatakan banyak pelajaran berharga yang diperoleh atas peristiwa ini. “Ya harus lebih berhati-hati. Kesalahan saya waktu itu terlalu percaya sama anak saya yang pertama [Refi],” kata dia.

Kendati begitu, Arif mengaku tidak kapok mengajak anak-anaknya mendaki gunung. Bagi dia, mendaki gunung bisa melatih anak-anak untuk mandiri, bisa bertahan hidup, dan melatih kepekaan sosial anak-anak untuk saling berbagi. “Rencananya, pada 17 Agustus nanti kami sekeluarga juga mau naik Gunung Lawu lagi,” kata dia sambil tersenyum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya