SOLOPOS.COM - Pengunjung menggunakan perahu motor menuju keramba ikan di Waduk Cengklik, Kelurahan Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jumat (25/4). Perahu motor jenis fiber merupakan satu-satunya daya tarik dari Tempat Wisata Waduk Cengklik. (Ibda Fikri A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI—Sejumlah pengelola karamba di Waduk Cengklik, Boyolali mengaku puluhan kuintal ikan nila merah milik mereka hilang setelah volume air waduk menyusut.

Salah seorang pengelola karamba, Jodi, 32, mengatakan menyusutnya air Waduk Cengklik tidak hanya berimbas pada kebutuhan irigasi pertanian melainkan juga pada keramba. Air waduk yang berkurang mengakibatkan intensitas pencurian ikan kian meningkat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Musim kemarau volume air waduk turun sehingga terjadi pendangkalan di sekitarnya. Kondisi itu mengakibatkan kondisi karamba mudah dijangkau siapa saja yang lewah lantaran semakin dekat dengan daratan,” kata Jodi saat dijumpai Solopos.com sebelum memberi makan ikan di sekitar karambanya, Jumat (26/9/2014).

Jodi mengatakan kondisi karamba di waduk lebih aman saat musim penghujan. Saat air waduk belum menyusut, karamba berada di tengah-tengah dan setiap orang yang hendak menjangkau karamba harus menggunakan perahu.

“Setiap karamba bisa diisi dengan 4.000 ekor ikan nilai merah. Jumlah tersebut bisa mencapai 3 kuintal. Lha hingga saat ini ketika air waduk mulai menyusut, sudah ada beberapa karamba yang kecurian. Paling dekat, pekan lalu ikat satu karamba hilang semua,” ujar Jodi.

Jodi menambahkan pemilik keramba harus menyewa orang untuk menjaga karamba terutama saat malam hari. Berdasarkan pengakukan sejumlah pengelola karamba, aksi pencurian ikan sendiri dilakukan oleh pelaku pada dini hari, dimana para pengelola sudah tidak lagi berada di sekitar waduk.

“Setiap hari, pagi dan sore, pengelola pergi menuju karamba untuk memberi makan ikan. Setelah itu kami hanya mengontrol sebentar kondisi karamba. Tidak sampai malam. Ya, setelah pengelola tidak berada di lokasi, terjadi aksi pencurian. Sampai saat ini kami belum mengetahui pelakunya,” imbuh Jodi.

Senada dengan Jodi, pemilik karamba, Gatik, 48, mengetakan harus menyewa orang untuk untuk menjaga karamba terutama pada malam hari hingga dini hari. Selain menyewa orang, pemilik karamba juga secara bergilir kadang ikut bermalam di sekitar waduk warisan Pemerintah Kolonial Belanda itu.

“Kalau tidak diantisipasi, bisa-bisa ikan kami di karamba setiap hari dicuri. Kami jelas sangat rugi. Saat ini saja, harga ikan nilai merah mencapai Rp22.000 per kilogram [kg]. Kalau habis [hilang] satu kuintal, pemilik sudah rugi Rp2,2 juta. Sayang kan?” papar Gatik.

Gatik mengatakan selain aksi pencurian ikan di karamba yang kian marak, petani juga mengaku resah dengan kondisi alam yang belum juga menandakan bakal masuk musim penghujan. Puluhan ikan mati karena sirkulasi air di Waduk Cengklik tidak lancar.

“Air waduk tenang sehingga tidak terjadi sirkulasi air yang membawa oksigen. Selain itu, air juga kotor tercampur tanah dan lumpur. Kondisi seperti tu mengakibatkan ikan tidak nyaman hingga akhirnya mati,” ujar Gatik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya