Sebagai orang Jawa, tradisi nyekar masih begitu melekat di hati keluarga Jon Koplo. Setelah berhalalbihalal dengan keluarga di Solo, Jon Koplo mengajak adik-adiknya, Tom Gembus dan Lady Cempluk, tilik makam bapak-ibu dan kakek-neneknya. Tak lupa mereka membeli bunga tabur untuk nyekar.
Sesampainya di makam, mereka menuju ke makam ayah-ibunya dulu sebelum ke makam kakek-neneknya. Mereka bertiga segera jongkok dan dengan khusyuk mendoakan arwah orangtua mereka. Usai berdoa, mereka bertiga bergiliran menabur bunga. Karena begitu menghayati dan sepenuh hati dalam ritual nyekar, tak terasa bunga yang mereka bawa habis ditaburkan ke makam orangtuanya.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Lho Mas, kok bunganya dihabiskan di sini? Untuk kakek-nenek mana?” Lady Cempluk mengingatkan.
“Wadhuh, hiya! Lali aku!” Koplo merasa bersalah.
“Sori ya Pap, Mam…” Buru-buru Koplo memunguti bunga yang sudah telanjur ditabur tersebut dan memasukkannya ke dalam tas kresek.
Tiba-tiba ada serombongan orang yang juga mau nyekar. Melihat ada orang mengambili bunga di makam, mereka menatap penuh curiga. Salah seorang di antara mereka nyeletuk, “Mas, jangan begitu dong! Kalau nggak bisa beli bunga untuk nyekar ya jangan mengambil di kuburan orang lain, nanti kualat!”
Wajah Jon Koplo, seketika berubah jadi abang-ireng karena malu dikira mencuri bunga. Sementara Gembus dan Cempluk hanya bisa ketawa cekikikan.
Giyato, Karangan RT 002/RW 005, Ngunut, Jumantono, Karanganyar 57782.