SOLOPOS.COM - Anak-anak mandi di sungai (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pencemaran sungai di Bantul terjadi sejak di hulu

 
Harianjogja.com, BANTUL-Untuk meminimalisir peningkatan status pencemaran sungai, dapat dilakukan dengan meminimalisir limbah dan kotoran di kawasan hilir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Forum Komunitas Winanga Asri Daerah Istimewa Yogyakarta (FKWA DIY) Endang Rohjiani menuturkan penyebab tercemarnya sungai di Bantul dimungkinkan oleh banyak sebab, misalnya kebiasaan warga membuang sampah dan limbah langsung ke aliran sungai.

Kendati demikian posisi sungai di Bantul yang berada di hilir, membuat limbah dan kotoran sungai yang berasal dari hulu seperti Kota Jogja dan Sleman juga ikut masuk ke sungai-sungai di Bantul.

Pada akhirnya, sampah-sampah dan limbah terakumulasi di sungai-sungai di Bantul. Situasi ini kemudian membuat status kualitas air sungai di Bantul berada dalam fase buruk, lebih buruk dari daerah-daerah lainnya di kawasan hulu.

“Status kualitas air, imbuh dia, terdiri dari baik, sedang, buruk dan sangat buruk, dilihat dengan teknik pengamatan biolitik, yakni pengamatan keberadaan ekosistem di sungai, bukan dari laboratorium. Kalau laboratorium itu dilakukan oleh pihak lain,” kata dia, di sela kegiatan Konservasi Sungai Winanga oleh Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jetis (SMA N 1 Jetis), di samping talut Sungai Winongo sekitar bendung Mejing, Mulyodadi Rabu (18/1/2017).

Melihat hal itu, FKWA khususnya FKWA Bantul melakukan sejumlah langkah untuk mengembalikan kualitas air. Namun tidak sendirian, melainkan bersama masyarakat dan sejumlah pihak, melalui kegiatan seperti merti kali, dan penanaman pohon terutama gayam.

Gayam dinilai dapat membantu membersihkan kotoran yang ada dalam air dan mengubah air menjadi bersih. Selain itu, FKWA juga melakukan pendekatan kepada warga agar mengubah kebiasaan mereka membuang sampah atau limbah langsung ke sungai.

Agenda tersebut dilakukan di semua zona pengawasan FKWA di Bantul. Zona utara di Kecamatan Kasihan, dan Kecamatan Bantul. Zona tengah di sebagian Kecamatan Bantul. Zona selatan yaitu kawasan Kecamatan Bambanglipuro, dan Kretek, dan zona Barat yaitu kawasan Pandak.

Ia berharap ke depan, akan lahir generasi penerus yang lebih peduli dengan upaya pelestarian lingkungan, terutama air.

Kepala SMA N 1 Jetis Herman Priyana mengungkapkan, kegiatan konservasi sungai dilakukan sebagai upaya untuk membangun rasa cinta kebersihan, cinta lingkungan dan cinta penghijauan.

Lewat kegiatan yang diikuti oleh 245 orang siswa kelas X IPA dan IPS itu, pihaknya juga mendukung untuk target FKWA untuk dapat menanam pohon sebanyak 8.000 pohon hingga Maret 2017 mendatang.

“Kegiatan terdiri dari bersih sungai, penanaman pohon dan outbond,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya