SOLOPOS.COM - Ilustrasil limbah pabrik (Dok/JIBI/Solopos)

Pencemaran Sragen, sejumlah RT di Patihan, Sidoharjo, mendapat kompensasi karena terdampak limbah pabrik.

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah RT di Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, yang terkena dampak limbah pabrik tekstil di kawasan Purwosuman mendapat kompensasi untuk kas RT senilai Rp500.000 per RT.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kompensasi itu diberikan manajemen pabrik tekstil tersebut sejak ada perjanjian dengan pemerintah desa disaksikan Muspika dan Badan Lingkungan Hidup (BLH), 1,5 tahun lalu. Seorang warga Dukuh Bokor RT 034, Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Darmo Gilar, 67, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (4/2/2017), mengatakan limbah pabrik tekstil itu mengganggu warga Dukuh Bokor selama bertahun-tahun. (Baca: Limbah Pabrik Tekstil Cemari Ratisan Sumur Warga dan 50 Ha Sawah di Patihan)

Baru beberapa bulan terakhir setiap RT di Kebayanan Bokor ini diberi kompensasi Rp500.000 per bulan. “Kalau yang saya tahu ya hampir semua RT di Kebayanan Bokor ini dapat kompensasi. Kompensasi itu masuk ke kas RT,” ujarnya.

Darmo mengatakan limbah pabrik itu sangat kentara ketika musim kemarau. Dia mengatakan warna limbahnya biru pekat kehitam-hitaman dan kadang-kadang hijau kehitam-hitaman. Limbah itu sering kali dialihkan ke sawah ketika tidak ada air.

“Kalau musim penghujan seperti ini limbah tidak begitu terlihat karena bercampur air hujan. Saya tidak tahu limbah pabrik itu mencemari sumur warga atau tidak. Yang jelas warga tak berani mengonsumsi air sumur karena ketika dimasak ada seperti kotoran yang menempel. Selama ini, saya memilih beli air Rp3.000 per jeriken dengan kapasitas 20 liter,” katanya.

Perangkat Desa Patihan, Sidoharjo, Sragen, Kardi, mengatakan kompensasi itu bukan keinginan warga tetapi inisiatif manajemen pabrik yang mengumpulkan para ketua RT. Kompensasi itu sebenarnya sebagai jaminan jika selama sembilan bulan tak ada tindak lanjut atas perjanjian yang dibuat manajemen pabrik dengan warga.

“Keinginan warga hanya meminta air limbah yang keluar dari pabrik itu sudah netral, tidak berwarna dan tidak berbau. Warga tidak minta kompensasi. Janji yang disepakati sejak awal itu sembilan bulan ternyata sampai 1,5 tahun ini belum dipenuhi. Kalau begitu ya jangan salahkan warga bila mendemo pabrik,” tuturnya.

Kardi menjelaskan warga dan perangkat desa berulang kali menanyakan kepada manajemen pabrik tetapi tidak pernah mendapat respons. Dia juga mendapat laporan banyak warga di pinggiran sungai yang dialiri limbah tidak mendapat kompensasi apa-apa.

Padahal mereka yang terdampak langsung limbah itu. “Kalau kemarau itu warnanya seperti oli. Lahan pertanian di bawah Kelompok Tani Makmur juga terkena dampak limbah,” imbuhnya.

Sementara itu, manajemen pabrik tekstil di kawasan Purwosuman belum bisa dimintai tanggapan. Hanya dua orang satpam yang menemui saat Solopos.com bertandang ke pabrik itu.

“Maaf, jam kerja pabrik sudah mau tutup karena hanya buka setengah hari. Silakan kembali Senin atau Selasa depan. Pimpinan pabrik sudah pulang dan kami tidak berkompeten memberi keterangan,” ujar salah satu petugas satpam kepada Solopos.com, Sabtu siang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya