SOLOPOS.COM - Ikan-ikan yang mati karena tercemar belerang dijual murah oleh petani tambak ikan di Telaga Ngebel, Ponorogo, Senin (13/2/2017). (Istimewa/Harsadi Sunarto)

Pencemaran Ponorogo, puluhan ribu ikan di Telaga Ngebel mati karena air telaga tercemar belerang.

Madiunpos.com, PONOROGO — Puluhan ribu ikan di Telaga Ngebel, Ponorogo, mati lantaran air di telaga itu tercemar belerang, Senin (13/2/2017). Para petani ikan di telaga tersebut pun mengalami kerugian puluhan juta rupiah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seorang petani tambak di Telaga Ngebel, Harsadi Sunarto, mengatakan sekitar 20.000 ikan nila dan tombro miliknya mati karena tercemar belerang. Padahal ikan-ikan tersebut siap panen dan siap dijual.

Dia mengaku mengalami kerugian hingga belasan juta rupiah akibat musibah tersebut. Selain ikan siap jual, ikan indukan juga banyak yang mati. “Saya banyak mengalami kerugian akibat musibah ini. Banyak ikan yang mati karena tercemar belerang. Ukurannya macam-macam, ada yang besar dan ada yang kecil,” kata dia kepada wartawan, Senin.

Sunarto menyampaikan untuk ikan yang berusia di bawah satu bulan masih sanggup bertahan hidup karena mereka naik ke permukaan mencari oksigen. Fenomena pencemaran air di Telaga Ngebel ini sudah terjadi setiap tahun dan biasanya terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Agustus.

“Hampir setiap tahun terjadi pencemaran air, tetapi kejadian yang parah baru terjadi dua tahun lalu,” kata dia.

Menutur dia, gejala kemunculan belerang di telaga ini sudah terjadi sejak Sabtu (11/2/2017). Saat itu ribuan udang dan ikan bermunculan di tepi telaga. Hingga akhirnya ikan dewasa itu teler dan mengapung di telaga tersebut.

Sejumlah petani tambak di Ngebel pun mengambil dan menjualnya. Sedangkan ikan yang masih hidup diambil dan dipindah ke kolam yang bersih.

Ikan-ikan tersebut, kata dia, dijual dengan harga Rp20.000 per satu renteng bukan per kilogram. “Untuk ikan berumur satu bulan yang bisa ditolong yaitu dengan cara tidak memberi makan selama beberapa hari di kolam,” ujar dia.

Camat Ngebel, Suseno, menyampaikan belum mengetahui berapa kerugian petani tambak di Telaga Ngebel setelah peristiwa tersebut. Dia menuturkan fenomena belerang itu sudah biasa terjadi setiap tahun dan sudah diprediksi petani tambak setempat.

“Menjelang gejala pencemaran biasanya petani tambak tidak memberi makan ikan. Supaya ikan dapat mencari oksigen di permukaan,” jelas dia.

Suseno menuturkan biasanya fenomena alam ini terjadi selama sepekan dan air akan kembali normal seperti semula. Biasanya fenomena itu diawali dengan air telaga yang berubah warna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya