SOLOPOS.COM - Kondisi air Kali Jenes di wilayah Kelurahan Pasar Kliwon yang berwarna akibat tercampur limbah produksi batik, Rabu (21/12/2016). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Pencemaran Solo, sungai-sungai di Solo masih tercemar oleh limbah produksi batik.

Solopos.com, SOLO — Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo mencatat limbah produksi batik di sejumlah wilayah di Solo belum tertangani optimal sehingga masih mencemari sungai. Padahal sudah ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di sejumlah lokasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup (PKLH) BLH Solo, Luluk Nurhayati, mengatakan masih ada pelaku industri kecil khususnya yang membuang limbah produksi batik ke sungai. Dia menyebut BLH selalu meminta kepada para pelaku usaha untuk mengolah limbah produksi batik agar sesuai baku mutu air limbah sebelum dibuang ke sungai.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami juga butuh komitmen dari para pelaku industri batik untuk mengolah limbah masing-masing supaya tidak mencemari lingkungan. Kesadaran pelaku industri kecil khususnya dalam mengolah limbahnya belum begitu bagus,” kata Luluk saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (28/12/2016).

Disinggung soal fasilitas pengolahan limbah produksi batik di Solo, Luluk menyebut sudah tersedia di Kelurahan Laweyan dan Sondakan. Namun, menurut dia, IPAL di dua kelurahan tersebut tidak mampu menampung limbah dari seluruh tempat produksi batik, khususnya di Kecamatan Laweyan.

“Persoalan limbah memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kami untuk diatasi. Masalah ini harus segera ditangani. Pelaku usaha kami dorong juga untuk membangun pengolah limbah. Sementara BLH juga akan berupaya menyediakan instalasi pengolah limbah komunal lebih banyak,” jelas Luluk.

Luluk menyampaikan sungai di Solo berpotensi tercemar juga karena masih ada banyak warga yang membuang sampah rumah tangga ke sungai. Dia meminta masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan sungai. Pencemaran air sungai memengaruhi kondisi tanah atau lingkungan di sekitarnya.

Ditemui terpisah, Lurah Pasar Kliwon, Roh Warsito, mengaku kesulitan mencegah para pelaku usaha batik membuang limbah produksi mereka ke aliran Kali Jenes. Menurut dia, hampir setiap hari air Kali Jenes di Pasar Kliwon berwarna-warni akibat tercampur limbah produksi batik.

“Kami sanggup membersihkan sampah atau rumput di sekitar sungai. Kami selama ini rutin bekerja bakti. Sekarang kami hanya kesulitan menjaga sungai dari ancaman limbah produksi batik. Pelaku usaha batik yang membuang limbah ke Kali Pepe saya rasa bukan hanya di Pasar Kliwon, tapi juga berada di wilayah lain,” jelas Roh Warsito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya