SOLOPOS.COM - Kali Pepe (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pencemaran air di Kali Pepe, Solo, sudah melebih ambang batas. Hal itu terungkap setelah kadar bakteri E Coli dalam air Kali Pepe yang di atas 50 CFU E Coli/100 milimeter. Kesimpulan tersebut didapat dari pengambilan sampel di tiga lokasi, hulu, tengah dan hilir, pada Mei lalu.

Riset tersebut dilakukan lewat penghitungan bakteri coliform ( termasuk E Coli) di Kali Pepe depan Terminal Tirtonadi, Pintu Air Demangan, serta bibir Sungai Bengawan Solo. Seperti diketahui, bakteri coliform adalah bakteri intestinal atau bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri tersebut digunakan sebagai indikator keberadaan bakteri patogen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran, sebab jumlah koloninya dipastikan berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Patogen sebagai kuman dikenal mampu menyebabkan penyakit saluran pencernaan manusia. Keterangan itu disampaikan oleh Abu Juniarenta dari Yayasan Kampung Halaman saat ditemui Solopos.com Minggu (12/1), di sela-sela Pameran Rivers of the World di Balai Soedjatmoko.

Abu mengklaim hasil riset tersebut valid mengingat terdapat pendampingan praktisi, salah satunya dari pihak UGM dan Lifepatch Jogja. “Riset selama dua pekan. Tahun lalu di Bengawan Solo. Nah, yang terkini di Kali Pepe karena kali ini adalah sungai yang membelah Kota Solo dan memiliki pengaruh besar terhadap warga. Data E Coli yang kami cari untuk mencari tahu sejauh apa bakterinya, dari hasil kurang lebih ya sudah parah [pencemarannya],” terang Abu.

Meskipun demikian, Abu enggan menjelaskan secara rinci apa penyebab kadar E Coli di Kali Pepe melebihi ambang batas. Lebih lanjut, Abu menerangkan sampel air di lokasi pertama menunjukkan jumlah mikroba coliform yang terhitung adalah 16 x 103 CFU/mililiter atau 16.000 colony forming unit/mililiter. Sementara sampel air di lokasi ke dua menunjukkan terdapat 1.600.000 colony forming unit/mililiter dan sampel ketiga 5.400 colony forming unit/mililiter.

Sebagai informasi, riset tersebut merupakan bagian dari Pameran Rivers of the World kerjasama British Council dan Thames Festival Trust, London. Programme Manager British Council, Linda Djayusman, mengatakan Solo mewakili Indonesia dalam festival tersebut.

“Wujudnya 120 siswa dari enam SP di Solo mewakili Indonesia di Thames Festival, London, Inggris. Hasil riset, pemahaman siswa atas sungai didiskusikan dengan siswa di London kemudian diwujudkan dalam karya seni rupa, karena media ini yang bersifat universal,” ujarnya.

Linda tak menampik hal itu bertujuan memberi kesadaran bagi generasi muda untuk mengenal dan peduli terhadap kondisi sungai di sekitar mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya