SOLOPOS.COM - Calon presiden Amerika Serikat (AS) , Donald Trump (kanan) berdiri dengan Setya Novanto, Ketua DPR RI saat konferensi pers di Manhattan, New York, AS, Kamis (3/9/2015). (JIBI/Solopos/Reuters)

Pencatutan nama Jokowi yang diduga melibatkan Setya Novanto kembali disidangkan. Namun, politikus Golkar ini sudah ancang-ancang menolak menjawab soal rekaman.

Solopos.com, JAKARTA — Sidang kasus dugaan pencatutan nama Jokowi-JK oleh Ketua DPR Setya Novanto digelar secara tertutup berdasarkan penolakan politikus Golkar itu untuk disidang secara terbuka. Setya bahkan sudah menolak untuk menjawab pertanyaan seputar rekaman pertemuannya dengan Presdir Freeport Indonesia dan Riza Chalid.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua MKD dari Fraksi PDIP, Junimart Girsang, saat ditemui wartawan saat masa skorsing sidang. Menurutnya, MKD telah mengajukan pertanyaan untuk mengonfrontasikan kesaksian Presdir PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, namun semua dibantah Setya Novanto.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami telah mengajukan pertanyaan terkait keterangan yang diberikan Pak Maroef, tidak ada yang diamini oleh Setya Novanto. Tadi belum ada tanya jawab, baru habis ini pendalaman,” kata Junimart seperti ditayangkan Metro TV.

Sebelumnya, MKD menawarkan kepada Setya Novanto soal persidangan secara terbuka atau tertutup. “Kita tawarkan, ini diputar atau tidak, beliau tidak akan menjawab kalau berbicara tentang rekaman, itu hak beliau lah, artinya itu merugikan beliau, bukan saya,” ujar Junimart. Baca: Terbuka Apa Tertutup? MKD: Tergantung Teradu.

Setya, katanya, punya hak untuk menolak sidang dilakukan terbuka meskipun dua sidang sebelumnya sudah digelar terbuka. “Kita berharap teradu terbuka, kita beri kesempatan beliau untuk membuktikan pada masyarakat, tapi beliau tidak mau, ya itu hak beliau.”

Ditanya apakah sikapnya ini terkait instruksi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, dia menjawab diplomatis. “Instruksi Ibu Mega, semua harus secara aturan, dan itulah PDIP.”

Namun, sikap ini justru dinilai pengamat sebagai indikasi PDIP mulai masuk angin. Pengamat politik Hanta Yudha menilai yang berpotensi masuk angin adalah fraksi-fraksi yang semula terlihat netral. “PDIP, PAN, PKS, PKB, dan Hanura. Indikasi ini muncul karena ada yang kuat, ada yang masuk angin. Jadi mosi tidak percaya ini tidak hanya ke MKD, tapi ke DPR. Ini kental sekali ada kompromi-kompromi, agar tidak mempermalukan Setya Novanto,” kata Hanta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya