SOLOPOS.COM - Ilustrasi PSK (JIBI/Dok)

Solopos.com, WONOGIRI – Kondisi korban kasus pencabulan Wonogiri sulit dipulihkan. Lebih miris lagi malah ada korban kasus pelecehan seksual yang justru akhirnya dipekerjakan orang tuanya sebagai pekerja seks komersial (PSK).

Dari berbagai kasus pelecehan seksual yang telah didampingi dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri, Koordinator Fulltimer P2TP2A Wonogiri, Ririn Riyadiningsih, mengaku pihaknya banyak mengalami permasalahan untuk memulihkan kondisi anak agar bisa kembali menjalani kehidupan di masyarakat.

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Berbagai cara telah dilakukannya. Pendampingan yang dilakukan P2TP2A sudah maksimal, mulai dari proses rehabilitasi, siraman rohani dan  pendidikan moral pun. Bahkan, ia berkerja sama dengan Dinas Sosial untuk memberikan bantuan berupa uang yang bisa digunakan untuk berbagai hal.

Tetapi yang terjadi, korban pun seringkali tidak memperdulikannya. Ketika korban sudah merasakan hubungan seks, mereka seolah ketagihan dan sulit untuk dihentikan. Padahal proses rehabilitasi yang dilakukan P2TP2A, anak-anak dididik dalam pondok pesantren yang mendapat perhatian khusus. Tetapi tak lama kemudian, korban melarikan diri.

“Anak yang direhabilitasi di pondok pesantren itu paling lama satu semester. Setelah dilacak, anak itu melarikan diri ke Jakarta dan dijemput oleh orang untuk dipekerjakan sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Selebihnya paling bertahan satu bulan, lalu merlarikan diri.”

Menurutnya, respon dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten terkait terhadap perkembangan kasus pelecehan seksual terhadap anak masih sangat rendah. Padahal untuk menekan angka pertumbuhan kasus itu, seluruh SKPD yang menjadi tim seharunya bisa bekerja lebih maksimal.

“Respon SKPD terhadap kasus pelecehan ini masih sangat rendah. Terutama untuk Dinas Pendidikan yang seharusnya lebih memperhatikan pendidikan anak didiknya. Terlebih masalah biaya pendidikan bagi korban. Selama ini, kami juga kesulitan mengatasi biaya pendidikan bagi anak-anak korban pelecehan agar mereka dapat terus bersekolah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya