SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencabulan (JIBI/Solopos/Dok)

Pencabulan Sidaorjo yang dialami sejumlah siswa-siswi sekolah elite ini dituturkan orang tuanya.

Madiunpos.com, SIDOARJOPencabulan  yang dialami siswa-siswi SD Anugerah School di komplek niaga Perumahan Citra Garden Sidoarjo terus disorot. Pelecehan tersebut diduga dilakukan oleh oknum pegawai sekolah, yang memiliki hubungan kerabat dengan pemilik sekolah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Tadinya saya enggak tahu kenapa perilaku putra saya kok berbeda. Putra saya berkali-kali minta pindah sekolah. Kemudian waktu itu, dia sempat cerita ke saya, kalau ada yang pegang titit-nya [kelaminnya],” ujar orang tua korban inisial IV kepada Detikcom, Sabtu (11/7/2015).

IV menerangkan, putranya mengalami pelecehan seksual sejak masuk kelas I SD, tahun pelajaran 2014.

“Awalnya saya kira hanya dilakukan teman sebayanya. Jadi saya kasih tahu, jangan berada di tempat sepi sendirian dan sebagianya,” tuturnya.

Pada 30 April 2015, IV menjemput anaknya pulang dari sekolah sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu, IV melihat putranya terlihat muram dan perilakunya berbeda.

“Mulai dari pulang sekolah dia enggak mau mandi, enggak mau makan sampai Magrib. Saya tanya terus, apakah ada yang menganggu. Anak saya awalnya enggak menjawab terbuka, tapi saya merasa ada yang tidak beres,” katanya.

Putranya itu akhirnya berhasil dibujuk makan dan sekitar pukul 21.00 WIB tidur. Namun, tak berselang lama anaknya mendadak mengalami sesak napas hingga berat. “Anak saya memang punya riwayat sesak napas. Tapi enggak ada faktor alergi kok sesak napasnya berat. Malam itu juga saya uap di rumah,” tuturnya.

Ketika proses uap, IV mengorek informasi apa saja kejadian yang dialami di sekolah pada hari itu. Termasuk kejadian pencabulanl yang dialaminya di sekolahan.

“Dia mengaku, ternyata alat vitalbta diremas-remas oleh seseorang dengan ciri-ciri mengarah ke dia [pelaku]. Saya kaget, ternyata [pelakunya] orang dewasa,” terangnya.

Ia menambahkan, terduga pelaku merupakan pegawai di sekolahan sebagai office boy (OB) dan juga memiliki hubungan kerabat dengan pemilik sekolahan.

Malam itu juga, sekitar pukul 21.30 WIB, IV menghubungi wali kelasnya untuk menyampaikan kasus dugaan pencabulan yang dialami putranya. Ia juga membawa putranya untuk divisum pada 1 Mei dini hari. Hasilnya, terdapat bekas  kuku dan memar di bagian dekat kemaluannya.

“Anak saya kesakitan terus. Pihak sekolahan juga adem ayem, enggak ada yang mengklarifikasi atau permintaan maaf. Bahkan, waktu enggak sengaja bertemu dengan wali kelasnya, dia enggak percaya dan mengatakan anak saya hanya cari alasan untuk pindah sekolah,” terangnya.

Setelah dirinya melaporkan kejadian ke Polres Sidoarjo, pihak sekolah, serta sharing ke sesama wali murid, ternyata ada wali murid lainnya berinsial TS juga mengungkapkan hal serupa. Ia mengatakan putrinya juga mengalami kasus pencabulan di lingkungan sekolahan.

Pada 19 Juni lalu, TS mengecek putrinya yang berusia tujuh tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 SD itu. “Awalnya anak saya enggak mau ngomong. Saya tanya apa ada yang jahat di sekolahan, atau mengganggu, katanya enggak ada. Mungkin waktu itu, putri saya belum tahu apa yang saya maksud. Setelah saya peragakan, apakah pernah diginikan [diraba bagian kelaminya], putri saya mengaku pernah,” ujar TS.

Dari penuturan putrinya, ternyata pelaku adalah sama dengan kejadian yang dialami putra IV. Putri TS ini pernah diraba mulai dari bagian dada, perut hingga kemaluannya, meski tidak pernah membuka baju anaknya.

“Anak saya ini memang enggak ada perubahan perilakunya. Dia juga tidak takut masuk sekolah dan biasa-biasa saja. Anak kecil kan enggak mengerti kalau dilecehkan. Enggak ngerti sentuhan apa saja yang tidak diperbolehkan,” terangnya.

Kejadian yang dialami putrinya itu, diduga, mulai masuk awal sekolah hingga menjelang libur sekolahan.

“Pengakuan anak saya, pernah mengalami di toilet, di westafel, di tangga, maupun di lapangan pada saat bermain. Kapan kejadiannya, saya enggak bisa memastikan. Yang jelas, hampir setiap hari putri saya mengalaminya,” terangnya.

“Bahkan, pada saat kejadian di toilet, ada teman anak saya yang mengetahui. Kemudian, gurunya berpesan kepada anak-anak, kalau ke toilet enggak boleh sendiri. Minimal dua anak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya