SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pencabulan Boyolali, seorang guru SMP di Ngemplak diduga melecehkan siswanya.

Solopos.com, BOYOLALI — Seorang guru SMPN di Ngemplak, Boyolali, JS, diduga melakukan pelecehan seksual terhadap salah satu siswinya DA, 14. Ironisnya, ketika siswi itu melaporkan tindakan gurunya kepada guru-guru lainnya, DA justru diminta mengundurkan diri dari sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari keluarga DA dan sekolah, Jumat (31/3/2016), kasus pelecehan seksual itu terjadi pada Oktober 2016 lalu. DA yang merupakan siswi dari keluarga miskin mula-mula diminta menghadap JS di sebuah ruangan khusus.

Di ruangan itu, hanya ada DA dan JS. Di sana lah, DA diminta oleh JS untuk membuka kancing bajunya. JS beralasan akan memeriksa bagian dada DA yang dikabarkan memiliki tato.

“Saya membantah punya tato. Tapi, Pak Guru tak percaya. Dia malah meminta saya membuka baju. Setelah itu, bapak memegang-megang dada saya,” cerita DA kepada Solopos.com di Ngemplak.

DA tak berani menolak ketika guru itu memegang-megang dadanya dengan alasan memeriksa tato. Selepas kejadian itu, DA memberanikan diri melapor ke sejumlah guru perempuan di sekolah. Namun, mereka malah meminta DA tak menyebarkan aib itu ke pihak luar.

Sepekan lalu, DA menerima kabar mengejutkan. Dia dinyatakan bukan lagi siswi SMPN tersebut setelah orang tuanya diminta menandatangani surat pernyataan. “Saya menuntut keadilan. Anak ini dikeluarkan dari sekolah dengan semena-mena,” ujar Sartono, kerabat yang mendampingi DA.

Menurut Sartono, sekolah mengeluarkan DA karena dianggap telah melakukan sejumlah kesalahan, salah satunya sering tak masuk sekolah. Kejadian inilah yang menurut Sartono sebuah kezaliman kepada korban pelecehan seksual.

Sekolah hanya memberikan dua pilihan kepada ibu DA, yakni keluar secara sukarela atau dikeluarkan. “Karena takut anaknya enggak bisa melanjutkan sekolah, akhirnya ibu anak ini sambil menangis menandatangani surat pernyataan keluar secara sukarela. Padahal, ibu itu sebenarnya dipaksa,” tegasnya.

Wakil kepala sekolah tersebut, Suradi, membantah keras DA keluar karena tuduhan sejumlah kesalahan padanya. Menurutnya, DA keluar atas permintaan ibunya sendiri karena harus kerja malam hari di pasar malam.

“Ada surat pernyataannya bahwa DA keluar secara sukarela,” tegasnya saat ditemui di sekolah.

Sekolah, lanjut Suradi, juga telah memberikan solusi agar ibu DA menyekolahkan anaknya di Paket B. Terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukan guru berinisial JS, Suradi enggan berkomentar. “Di sini ada banyak guru. Saya tak tahu kasus itu,” ungkapnya.

Kasus itu kini telah bergulir ke Polres Boyolali. Sartono mengaku telah melaporkan JS dengan tuduhan dugaan pelecehan seksual ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polres Boyolali, Rabu (29/3/2017) lalu.

Solopos.com berulang kali menghubungi ponsel Kasatreskrim, AKP Miftahul Huda, namun belum mendapat respons. Saat ditelepon, hanya terdengar nada sambung, namun tak berselang lama terdengar nada sibuk. Sejumlah pesan pendek yang dikirim Solopos.com, baik lewat Whatsapp maupun SMS juga tak dibalas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya