SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencabulan (JIBI/Solopos/Dok)

Pencabulan di Boyolali kali ini dialami empat bocah sejak masih TK.

Solopos.com, BOYOLALI — Empat bocah di Desa Dibal, Ngemplak, Boyolali, diduga menjadi korban pencabulan. Ironisnya, aksi pencabulan tersebut diduga dilakukan berkali-kali oleh dua warga desa setempat yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan dua korban.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Belum lagi, salah seorang yang diduga pelaku, LF, masih berumur 15 tahun. Remaja ini merupakan anak kandung pelaku utama, Wy, 42. Artinya, kedua terduga pelaku adalah ayah dan anak. Kejadian tersebut membuat warga satu desa resah dan khawatir akan keselamatan anak-anak perempuan mereka.

Kakek salah seorang korban, Ng, 53, geram mengetahui aksi bejat pelaku terhadap sang cucu, CM, 6. Tak hanya CM, tiga anak di desa tersebut, yakni AM, 6; VA, 6; dan LL, 6; juga tak lepas dari aksi cabul Wy dan LF. CM dan AM sendiri adalah kerabat pelaku.

“Anak saya [ibu CM] sudah melapor ke Polres Boyolali Senin [31/8/2015] lalu. Saya sempat khawatir waktu tahu dia [Wy] datang sambil membawa uang Rp25 juta untuk damai. Saya jelas tidak mau. Eee, dia malah nantang,” terang dia saat diwawancarai Solopos.com di pendapa rumah orang tua CM, Selasa (8/9/2015).

Saudara sepupu CM, Wl, 20, menuturkan aksi bejat Wy terkuak secara tidak sengaja saat CM keceplosan bercerita dan akhirnya mengungkapkan bahwa yang menjadi korban tak hanya dirinya. SW, ibu kandung CM, langsung membawa CM ke puskesmas untuk melakukan cek laboratorium. Hal tersebut kemudian dilakukan pula oleh orangtua korban yang lainnya.

Tak diduga, hasil cek menunjukkan selaput dara putri kesayangan mereka tak lagi utuh. Menurutnya, kasus tersebut saat ini masih dalam proses penyidikan dan menunggu hasil visum RSUD Pandanaran, Boyolali.

“CM sering ngelindur [mengigau] ketakutan sambil teriak emoh, jangan, jangan. Saya lihat ada kalanya dia sangat tertutup, tidak seperti biasanya,” ungkap Wl, Selasa.

Ibu kandung VA, DS, 25, sangat kaget dan sedih dengan kenyataan yang menimpa putrinya. Dia sama sekali tidak menyangka Wy yang menurutnya rajin salat dan pergi ke masjid tersebut tega berbuat hal demikian. Terlebih salah satu korban, AM, adalah keponakannya sendiri.

Sementara itu ibu kandung LL, Wk, mengaku gejala keanehan muncul pada LL sejak LL masih belajar di taman kanak-kanak. LL yang kini duduk di bangku kelas 1 di sekolah dasar swasta di Desa Dibal tersebut kerap mengeluh kesakitan saat buang air kecil. Wk yang saat itu tak curiga hanya berpikir putrinya kurang bersih saat membasuh seusai buang air kecil.

Senada dengan LL, CM dan VA pun juga mengalami hal serupa, yaitu sakit saat buang air kecil sejak mereka masih TK. Menurut keterangan para orangtua korban, aksi bejat pelaku dilakukan di dalam rumah pelaku. Keempat bocah korban kekerasan seksual tersebut sering bermain dan membantu mengupas bawang di rumah pelaku dengan upah Rp2.000. Pelaku sehari-hari membuka usaha warung tenda bebek goreng di Coyudan, Colomadu, Karanganyar.

Salah seorang kerabat AM, Sm, mengaku sejak terkuaknya kejadian tersebut dua pekan lalu, orangtua AM menitipkan AM dan adik perempuannya di rumah sang nenek. “Saya enggak tahu kenapa. Orang tuanya bekerja semua,” tutur dia, Selasa.

Jainah, 65, Warga Desa Dibal, mengaku tak berani membiarkan cucu perempuannya bermain jauh-jauh. Bahkan, saking takutnya dia mengantar-jemput melalui rute menjauhi rumah pelaku.

Warga lainnya, Tuti, 42, resah lantaran sang pelaku masih bebas berkeliaran. Menurutnya, ada banyak orangtua di desa tersebut yang mengaku khawatir dengan anak-anak perempuannya. “Kok ya tega. Kami jelas takut, jangan-jangan memang punya kelainan. Kalau kelainan, kan anak-anak lainnya juga terancam,” tukas dia, Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya