SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Istimewa/www.stuff.co.nz)

Pencabulan di Bantul ini dilakukan seorang pensiunan guru. Modusnya, memberi iming-iming bimbel gratis.

Solopos.com, BANTUL — Aksi Endaryanto, 63, pensiunan guru sekolah negeri yang diduga mencabuli belasan anak di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, terungkap setelah korbannya diketahui mengalami trauma berat. Sang bocah selalu takut bertemu pria dewasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibat ulah sang pensiunan guru itu, hampir korban mengalami trauma sedang hingga berat. Beberapa di antaranya hingga kini masih terlihat syok dan sulit diajak berkomunikasi. Bahkan ada pula yang enggan melanjutkan sekolah lantaran malu dan trauma.

Seorang warga setempat yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan dugaan ulah sang guru terbongkar setelah salah satu korban selalu takut bertemu pria dewasa yang bukan keluarganya lantaran trauma berat. “Jijik katanya,” imbuh salah satu warga yang ditemui di rumahnya, Jumat (16/10/2015) sore.

Setelah orang tua korban mencoba mengorek keterangan dari anaknya, muncullah nama sang guru yang diduga pelaku. Dari situlah kemudian warga pun sepakat untuk membawa pensiunan tersebut ke polisi.

Lebih jauh ia menjelaskan, untuk melancarkan aksinya, pelaku memang mengandalkan statusnya sebagai tenaga pengajar. Memang, setelah pensiun sebagai guru salah satu sekolah negeri di Purworejo, pelaku kini mendapatkan kesempatan kembali mengajar sebagai guru bantu di salah satu SMP di Bantul.

Status sebagai tenaga pengajar itulah yang kemudian dipakai pelaku untuk menjerat korban-korbannya. Dengan iming-iming bimbingan belajar gratis, ia berhasil mengajak korbannya yang semuanya berusia antara 3-5 tahun itu untuk mau diajak ke rumahnya. “Di rumahnya itulah, dia [pelaku] melakukan aksi bejatnya,” katanya.

Dugaan itu dibenarkan oleh salah satu tokoh masyarakat di RT tempat tinggal sang guru. Pria yang juga enggan disebutkan namanya itu mengakui sang guru tak memiliki hubungan sosial yang baik di masyarakat. Karakternya yang tertutup membuatnya jarang berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Menurutnya, sang guru lebih banyak tinggal bersama anak bungsunya setelah istrinya bekerja di Magelang. Sedangkan anak sulung pelaku kini sudah berkeluarga. “Tapi kalau dibilang karena kesepian, lantas dia melakukan perbuatan bejat itu, saya tak sepakat. Dulu sebelum istrinya masih bekerja di dekat sini, dia sudah melakukannya kok. Dia selalu mengajak anak-anak ke rumahnya saat istrinya bekerja,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya