SOLOPOS.COM - Warga duduk beristirahat di kawasan taman kota di sisi selatan Jl. Slamet Riyadi, Solo, Kamis (17/3/2016). Tanaman perdu di taman kota sisi selatan jalan tersebut akan dibongkar dan diganti dengan model pot karena sering rusak terinjak oknum yang kurang bertanggung jawab. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penataan taman kota Solo, sejumlah pelaku usaha sisi selatan Jl. Slamet Riyadi terbelah terkait rencana pembongkaran taman.

Solopos.com, SOLO–Pembongkaran taman tanaman perdu di samping city walk Jl. Slamet Riyadi menuai pro kontra dari kalangan pelaku usaha.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemilik toko elektronik Nagatara Ngapeman, Handono, 60, menyebutkan pembongkaran taman jalur hijau di sisi selatan jalan protokol Kota Bengawan tersebut tidak efektif mendongkrak penjualan. “Ini bukan soal taman [perdu] di depan, tapi karena city walk tidak bisa dipakai akses parkir dan lalu lalang kendaraan. Makanya kawasan ini jadi mati,” terangnya saat ditemui Solopos.com, Rabu (23/3).

Ekspedisi Mudik 2024

Handono menuturkan semenjak city walk dioperasikan, pendapatannya terus merosot hingga 80% dibandingkan sebelumnya. “Kami di sini sekarang cuma bertahan. Turunnya sampai 80%. Apalagi saat ini pasar elektronik saingannya banyak sekali. Yang tidak punya parkiran sendiri bisa habis. Pembeli malas kalau disuruh berjalan parkir terlampau jauh,” bebernya.

Menurut Handono, pihaknya saat ini hanya berharap kebijaksanaan pemerintah agar kawasan sisi selatan Jl. Slamet Riyadi bisa hidup seperti sebelum pembangunan city walk. “Kita ibarat mati pelan-pelan di sini. Harga tanah di sisi selatan sudah anjlok kalau dibanding sisi utara. Harapan kami ada upaya dari pemerintah untuk menghidupkan lagi kawasan sini,” katanya.

Secara terpisah, Operating Principal Keller Williams Solo yang menempati salah satu ruko di Solo Centre Point Purwosari, Susanto, mengutarakan untuk menghidupkan lahan usaha di sisi selatan Jl. Slamet Riyadi dibutuhkan konsep pengembangan city walk.

“Bukan taman tanaman perdunya yang dibongkar. Tapi konsep penataan city walk yang dimatangkan. Selama ini saya melihat tidak ada aktivitas yang berarti yang menunjang geliat bisnis di sepanjang Jl. Slamet Riyadi,” paparnya.

Menurut pengusaha properti ini, city walk semestinya memiliki pengelola khusus yang bisa membuat program pas secara berkala agar perekonomian di sisi selatan Jl. Slamet Riyadi kembali berdenyut. “Saran saya pemerintah membuat semacam pengelola khusus yang bisa menghidupkan kawasan city walk jadi ramai. Langkah kongkrit ini pasti ngefek ke pemilik usaha di sekitarnya,” jelasnya.

Sementar itu, Operation Manager Ralana Eatery Penumping, Joko Triyono, mendukung langkah pemerintah membongkar taman tanaman perdu di city walk. “Kalau dari sisi usaha kami cocok. Selama ini tanaman yang tidak terawatt cenderung menutup muka bangunan. Kalau dibersihkan lebih bersih kesannya,” jelasnya.

Joko juga menyarankan pemerintah ke depan juga menyerahkan pengelolaan sisa taman di city walk kepada masing-masing pengusaha. “Kalau pemerintah keberatan, bisa menyerahkan ke pengusaha untuk pengelolaannya. Tentunya kami diberikan sosialisasi boleh dan tidaknya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya