SOLOPOS.COM - Warga duduk beristirahat di kawasan taman kota di sisi selatan Jl. Slamet Riyadi, Solo, Kamis (17/3/2016). Tanaman perdu di taman kota sisi selatan jalan tersebut akan dibongkar dan diganti dengan model pot karena sering rusak terinjak oknum yang kurang bertanggung jawab. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Taman Kota Solo, akademisi meminta ada kajian mendalam membongkar taman city walk agar tak salahi regulasi.

Solopos.com, SOLO–Pakar hukum lingkungan I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani menyebutkan pembongkaran taman tanaman perdu di sepanjang jalur hijau city walk Jl. Slamet Riyadi sisi selatan membutuhkan kajian matang. Pasalnya Kota Solo hingga saat ini belum bisa menggenapi proporsi luasan ruang terbuka hijau (RTH) minimal sebanyak 30% dari luasan wilayah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Pemerintah pasti punya pertimbangan tersendiri sebelum membuat kebijakan. Untuk pembongkaran taman perdu di city walk jangan terburu-buru. Saya kira butuh kajian mendalam dengan berbagai pihak yang kompeten sebelum menjalankan kebijakan ini,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (25/3/2016).

Ayu, sapaan akrabnya, menjelaskan kajian matang ini krusial lantaran selama ini ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bengawan belum genap 20%. “Kawasan yang sebelumnya tanah kemudian beralih fungsi menjadi lahan tutupan harus punya kajian. Apalagi sudah diamanatkan UU 6/2007 bahwa luasan RTH minimal 30%,” paparnya.

Akademisi UNS ini mengatakan upaya pemerintah mengganti tanaman perdu di sepanjang city walk dengan tanaman dalam pot dan sumur resapan sejatinya sama-sama memiliki dampak bagi lingkungan.

“Sumur resapan dan taman sama-sama penting untuk lingkungan yang berkelanjutan. Tapi harus benar-benar dipertimbangkan dengan masak mengingat dampak perubahan iklim begitu masif dan sudah menjadi isu global. Bukan hanya persoalan di tataran lokal,” jelasnya.

Menurut Ayu, tanaman perdu di sepanjang jalur hijau jalan protokol juga berperan dalam menyerap emisi gas buang dan menjadi pemasok oksigen di jantung Kota Bengawan. “Perdu dan pohon ini sama-sama berperan menghasilkan O2 dan menyerap CO2,” katanya.

Dia mengungkapkan taman tanaman perdu di sepanjang Jl. Slamet Riyadi sisi selatan bakal sulit digantikan perannya apabila kelak kadung dibongkar. “Solo ini memiliki problem keterbatasan lahan untuk RTH. Apalagi yang posisinya di tengah kota. Saya kira pemerintah perlu bijaksana sebelum memutuskan kebijakan ini,” sarannya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo menyatakan bakal melanjutkan rencana pembongkaran taman tanaman perdu di sepanjang city walk. Taman yang dibongkar tersebut bakal diganti dengan tanaman dalam pot serta sumur resapan setiap tiga meter untuk menanggulangi genangan setiap musim penghujan.

Dikatakan Rudy, pembongkaran taman juga didasarkan pertimbangan persiapan kebijakan program contra flow (melawan arus lalu lintas) bagi angkutan umum yang melintasi Jl. Slamet Riyadi. Kebijakan ini membutuhkan penambahan halte di sisi selatan Jl. Slamet Riyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya