SOLOPOS.COM - PKL berjualan di zona larangan PKL. (Dok/JIBI/Solopos)

Penataan PKL Solo di Jl. Slamet Riyadi menemui ganjalan. Belum ada solusi mau ke mana mereka jika harus angkat kaki.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di tepi Jl. Slamet Riyadi menyebut tempat relokasi baru yang diusulkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo tidak representatif. PKL bersedia dipindah asalkan dibuatkan sentra kuliner yang layak di pusat kota.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, Pemkot Solo memberikan tenggat akhir kepada PKL tersebut untuk pindah ke beberapa lokasi alternatif di antaranya Jl. Dr. Moewardi Kota Barat, kawasan Stadion Sriwedari, kawasan Galabo, Pasar Penumping, serta lapangan parkir Galabo, per Jumat (1/1/2015). Pantauan Solopos.com, sejumlah PKL gerobak kuning di city walk Jl. Slamet Riyadi masih berjualan seperti biasanya.

Salah seorang PKL gerobak kuning, Ujang, mengaku masih berjualan lantaran belum mendapatkan lokasi membuka lapak baru yang representatif. “Saya sudah cek Pasar Penumping yang disarankan pemerintah, di sana sepi sekali. Kalau nekat buka di sana, kami juga was-was dengan gesekan dengan pedagang lama di sana,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di city walk Purwosari, Jumat siang.

Ketua Paguyuban Pedagang Kali Lima Purwotomo (Kalitomo), Sukirno Saptoraharjo, menjelaskan PKL di tepi Jl. Slamet Riyadi sejatinya mau direlokasi asalkan disediakan lapak berjualan yang layak. “Bakul di sini ditata gampang. Kami siap direlokasi. Asal disiapkan tempat yang layak. Tidak asal menyebarkan surat ultimatum larangan berjualan. PKL hanya minta diuwongke,” katanya.

Lebih lanjut Sukirno menyebutkan beberapa kriteria lokasi yang layak di antaranya dekat dengan tempat berjualan sebelumnya, ada jaminan keamanan, lokasinya di tengah kota, serta tidak memicu gesekan dengan pedagang lain yang sudah mapan. “Kalau dibuatkan sentra kuliner seperti di Sleman yang rapi, bersih, ada tempat parkir, dan strategis, saya kira PKL pasti mau dipindah,” paparnya.

Sukirno menyarankan PKL yang berjualan di city walk dekat Solo Grand Mall dibuatkan sentra kuliner di Jl. dr. Wahidin sedangkan PKL di city walk dekat Purwosari dibuatkan sentra kuliner di Jl. Perintis Kemerdekaan.

“Saya sudah survei bersama teman-teman PKL. Kota Barat dan Sriwedari ternyata sudah penuh. Pemkot rencananya membagi tempat yang sekarang dengan pedagang lama. Kami tidak mau ribut. Pasar Penumping sepi sekali. Sedangkan parkir Galabo sangat berdebu. Kalau pemerintah enggan menata, sebaiknya dibuatkan selter di dekat tempat yang sekarang dipakai berjualan,” jelasnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pengelola Pasar, Subagiyo, mengaku keberatan dengan usulan pembuatan sentra kuliner di pusat kota bagi PKL. “Lahan di tengah kota mahal sekali. Kami tidak punya anggaran. Kami bisa mengupayakan perbaikan selter di Jl. dr. Wahidin. Di sana masih banyak yang tidak terpakai. Untuk yang di seputar Purwosari, kami sarankan pindah ke selter buah di dekat Sari Petojo,” sarannya.

Disinggung soal tenggat relokasi, Subagiyo mengatakan Pemkot Solo tidak mematok target khusus untuk relokasi PKL di Jl. Slamet Riyadi. Menurutnya, relokasi membutuhkan proses yang tidak sebentar.Ia mencontohkan proses relokasi PKL di seputar Terminal Tirtonadi membutuhkan komunikasi intens selama dua tahun. Sedangkan penataan PKL di seputar Jl. Supomo, memakan waktu sampai satu tahun.

“Sementara ini belum ada tenggat. Menangani PKL itu tidak bisa ditenggat seperti daerah lain. Di sini situasinya berbeda. PKL masih bisa diajak berembuk. Kami utamakan komunikasi. Penanganan PKL tidak bisa grusa-grusu. Harus arif, akomodatif, persuasif, dan solutif,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya