SOLOPOS.COM - Pedagang kaki lima (PKL) mendorong gerobak saat mengikuti kirab Boyongan PKL Citywalk di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Jumat (1/4/2016). Kirab boyongan tersebut diikuti 54 PKL yang direlokasi dari citywalk, Jl. Slamet Riyadi ke kawasan sisi selatan dan timur Stadion Sriwedari. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penataan PKL Solo, baru sekitar 10 persen PKL gerobak kuning yang membuka dhasaran di selatan Stadion Sriwedari.

Solopos.com, SOLO–Hampir semua pedagang kaki lima (PKL) gerobak kuning city walk Jl. Slamet Riyadi belum membuka dagangannya seusai relokasi ke sisi selatan Sriwedari. Mayoritas pedagang masih menunggu pembagian lokasi jualan Senin (4/4/2016) mendatang. Di sisi lain, bakul yang telah membuka dagangan pada Sabtu (2/4/2016) mengaku omzetnya terjun bebas setelah direlokasi ke Sriwedari.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com sekitar pukul 12.00 WIB, hanya enam PKL yang membuka dagangannya di selatan Sriwedari. Jumlah ini hanya sekitar 10% dari total PKL gerobak kuning yakni 55 orang. Di jam makan siang tersebut, konsumen yang menyambangi lapak PKL dapat dihitung dengan jari. “Kalau di city walk (Jl. Slamet Riyadi), jam segini sudah panen pembeli,” ujar Semi Rejeki, 51, penjual soto dan gado-gado saat ditemui Solopos.com di Sriwedari.

Ekspedisi Mudik 2024

Kondisi jualan pedagang hari itu belum sepenuhnya tertata. Mereka masih dibebaskan memilih lokasi jualan di selatan Sriwedari. Mayoritas aktivitas berjualan dilakukan di bawah pepohonan sekitar kawasan untuk mengurangi terik matahari. Kawasan itu tak seteduh di city walk Jl. Slamet Riyadi. Tak jarang debu bertebangan dari lahan yang dimanfaatkan sebagai area latihan mobil. Menurut Semi, pelanggan masih enggan menyambangi lokasi baru meski dia sudah memberitahu.

“Mungkin karena jauh. Tempatnya juga masih seperti ini,” tutur warga Baron itu.

Semi mengaku baru mengantongi penghasilan sekitar Rp70.000 hingga bada Zuhur. Di lokasi lama, dia mampu mengumpulkan duit sekitar Rp150.000-Rp200.000. Menurut Semi, pemasukannya hari itu rata-rata dari pekerja di selatan Sriwedari. “Semoga setelah ditata besok Senin lebih ramai.”
Dia berharap Pemkot menambah tenda agar pembeli lebih nyaman menyantap makanan. Seorang pedagang kuliner lain, Tini, mengaku belum ada pembeli yang makan di tempatnya. Padahal di jam-jam tersebut menu nasi bandeng dan masakan Jawanya biasa panen pembeli.

“Tadi cuma ada yang beli pisang karamel sama es,” kata dia.

Tini mengaku hanya bisa pasrah sembari menunggu pembuatan selter untuk pengembangan kuliner PKL gerobak kuning. Sembari menunggu pembangunan selter, dia meminta Pemkot melengkapi fasilitas penunjang berjualan seperti air bersih. Tini harus berjalan cukup jauh untuk mengambil air di selatan gerobaknya.

Seorang pedagang mi ayam, Surayem, 60, mengaku hanya bisa berdoa agar tempat baru di Sriwedari memberi angin segar bagi PKL. Senada bakul lain, dia mengalami penurunan omzet drastis di hari pertama berjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya