SOLOPOS.COM - Belasan pedagang Pasar Guworejo berunjuk rasa untuk menolak rencana penggusuran di kompleks pasar desa setempat, Kamis (17/3/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Penataan Pasar Sragen, pedagan Pasar Guworejo menolak rencana relokasi.

Solopos.com, SRAGEN–Belasan pedagang Pasar Guworejo berunjuk rasa menentang rencana relokasi pasar tersebut, Kamis (17/3/2016). Mereka menganggap relokasi hanya akan mematikan perekonomian pedagang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com di lokasi, belasan pedagang yang mengatasnamanan Paguyuban Pedagang Guwo Kes Kendho membentangkan spanduk dan poster di depan kios pasar. Spanduk tersebut bertuliskan, kami segenap pedagang kios Pasar Guworejo menolak relokasi atau penggusuran kios Pasar Guworejo. Beberapa poster berisi kritikan terhadap Kepala Desa Guworejo Suroto yang dianggap semena-mena dalam memimpin desa.

“Kami itu sudah 15 tahun menempati kios ini. Kami sudah merasa mapan di sini. Kami merasa gak nyaman kalau harus digusur,” kata Ketua Paguyuban Pedagang Guwo Kes Kendho, Tikno, saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Sutikno menjelaskan sebetulnya belum ada sosialisasi dari Pemerintah Desa (Pemdes) Guworejo terkait rencana relokasi pedagang itu. Kendati demikian, pedagang sudah lebih dulu mendapat bocoran terkait rencana relokasi tersebut. “Selama ini ada kesan jika keberadaan pedagang itu merugikan pemerintah desa. Retribusi pasar senilai Rp15.000/bulan memang macet, tapi itu karena tidak ada petugas yang memungutnya. Pada dasarnya, kami bersedia membayar retribusi selama ada petugas pungutnya,” jelas Sutikno.

Puryadi, 40, pedagang lainnya, mengatakan pedagang menempati kios seluas 4×5 meter. Kios itu digunakan pedagang yang memiliki sertifikat hak pakai. “Menurut kabar yang kami dengar, kami akan direlokasi ke sebelah selatan. Bekas pasar nantinya akan digunakan untuk pengembangan balai desa,” ujar Puryadi.

Ditemui di kantornya, Kades Suroto, membantah adanya rencana penggusuran pedagang. Dia menegaskan Pemdes Guworejo hanya berencana menata pasar desa itu supaya terlihat lebih rapi. ”Kalau tertata rapi tentu pembelinya lebih ramai. Tidak ada penggusuran, adanya penataan ulang,” jelasnya.

Suroto menjelaskan Pasar Guworejo dibangun di atas tanah kas desa seluas 1 hektare pada 16 tahun silam. Terdapat lebih dari 100 kios yang dibangun pada saat itu. Akan tetapi, selama bertahun-tahun, sebagian besar kios dibiarkan mangkrak. ” Rasio pedagang dengan jumlah kios itu tidak sebanding. Hanya ada sekitar 25 kios yang masih digunakan untuk berjualan. Sisanya sudah mangkrak. Bangunan kios sudah runtuh karena tidak pernah dipakai,” terang Suroto.

Suroto menilai siapa pun kades yang menjabat, dia pasti menginginkan Pasar Guworejo ramai pengunjung. Oleh sebab itu, penataan ulang diperlukan supaya membuat pengunjung betah berbelanja di dalam pasar.

”Kami berencana membangun pasar itu secara permanen. Nantinya, pasar desa akan dikelola oleh BUMDes supaya bisa menjadi sumber pendapatan desa. Kami juga punya gagasan untuk menjadikan embung di samping pasar sebagai objek wisata. Di depan pasar terdapat sebuah gua yang menjadi ikon dari Desa Guworejo. Gua itu nantinya juga akan ditata untuk menarik pengunjung,” papar Suroto.

Suroto membenarkan kios pedagang nantinya akan dipindah ke sebelah selatan. Bekas kios nantinya akan dibangun Balai Desa Guworejo yang dilengkapi dengan pendapa sebagai tempat pertemuan warga. ”Kami hanya butuh 500 meter persegi dari 10.000 meter persegi lahan dari pasar itu. Kami berencana membangun Balai Desa itu pada tahun ini. Dana yang dibutuhkan lebih dari Rp1 miliar yang bersumber dari APBN,” terang Suroto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya