SOLOPOS.COM - Sejumlah pengguna sepeda motor masih memilih melalui jalur utama di Jl. Prof. Dr. Soeharso, Laweyan, Senin (21/3/2016). Seusai penerapan sistem satu arah di jalan itu setahun lalu, sepeda motor dan kendaraan tidak bermotor diberi jalur khusus atau kanal di sisi barat jalur utama. (Chrisna Chanis Cara/JIBI/Solopos)

Penataan lalu lintas Solo, pembuatan kanal di Jl. Dr. Soeharso dinilai tak efektif.

Solopos.com, SOLO–Pembangunan jalur khusus atau kanalisasi bagi kendaraan bermotor roda dua di Jl. Prof. Dr. Soeharso, Laweyan, tidak efektif dalam mengatur arus lalu lintas di kawasan tersebut. Masih banyak pengendara motor yang memakai jalur utama atau jalur kendaraan roda empat. Hal itu rawan menimbulkan kecelakaan di Jl. Prof. Dr. Soeharso, yang setahun lalu ditetapkan sebagai jalan searah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com sekitar 20 menit, Senin (21/3/2016), puluhan pengendara motor lebih memilih melintasi jalur utama bersama dengan mobil dan angkutan berat lain. Rata-rata pengendara motor yang melalui jalur ini cenderung memacu kencang kendaraannya. Hanya segelintir yang melalui kanal di sisi barat jalur utama.

Pedagang makanan di Jl. Dr. Soeharso, Ratna Indah Yanti, 34, membenarkan tak banyak pengguna sepeda motor yang melalui jalur khusus. Menurut Ratna, kondisi itu rawan memicu kecelakaan karena motor seringkali beradu kencang dengan mobil dan angkutan bus. Dia mengaku beberapa kali melihat kecelakaan antara kendaraan bermotor di jalur utama dengan kendaraan yang muncul dari gang kampung sisi timur. “Kalau sudah ngebut tidak melihat kanan kiri,” ujar dia saat ditemui Solopos.com di warungnya.

Ketiadaan rambu lalu lintas juga menyulitkan sosialisasi kanalisasi. Di sepanjang jalur, tidak ada rambu yang mengarahkan pengguna motor, pengemudi becak dan sepeda agar memanfaatkan jalur khusus. “Bahkan pernah ada mobil yang masuk jalur motor ini,” sambung Ratna.

Sejumlah warga yang berada di sekitar Jl. Dr. Soeharso meminta kebijakan kanalisasi dievaluasi. Selain belum optimal, beton pembatas jalan juga rawan menimbulkan kecelakaan. “Pembatas sering tertabrak, terutama saat malam hari,” ujar Nur, warga Jajar.

Seorang pengendara motor, Wildansyah, 29, enggan melalui jalur khusus karena sulit melintas dengan mulus. Menurut dia, pengguna jalan kerap muncul tiba-tiba dari gang kampung sehingga membahayakan pengendara yang melintas di jalur khusus. “Jadi jalannya mesti pelan-pelan. Mending lewat jalur utama, lebih cepat.”

Pantauan Solopos.com, jalur khusus roda dua juga sering digunakan pejalan kaki. Hal itu karena sebagian trotoar di sisi jalan ludes untuk parkir usaha. Pedagang kaki lima bergerobak juga tak jarang berhenti di jalur motor saat melayani pembeli.

Wakil Ketua Komisi III DPRD, Sugeng Riyanto, mengaku sudah meminta Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) untuk meningkatkan efektivitas kanalisasi. Menurut dia, pemanfaatan jalur khusus penting untuk menunjang keamanan sistem satu arah (SSA) di Jl. Dr. Soeharso. Dia melihat belum ada iktikad kuat untuk mendisiplinkan pengguna jalan khususnya pengendara motor. “Motor masih seenaknya masuk jalur mobil. Rambu dulu setahu saya ada tapi hilang entah kemana. Tolong ini menjadi perhatian,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya