SOLOPOS.COM - Coretan aksi vandalisme terlihat pada pot tanaman hias di jalur pedestrian Jl. Letjen Sutoyo, Ngemplak, Solo, Jumat (23/12/2016). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Penataan Kota Solo, Koridor Jl. Letjen Sutoyo menjadi sasaran aksi vandalisme.

Solopos.com. SOLO — Jalur pedestrian Jl. Letjen Sutoyo, Ngemplak, Solo, yang baru selesai dibangun akhir November lalu menjadi sasaran vandalisme orang tidak bertanggung jawab. Proyek yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Solo senilai Rp566 juta itu juga dikeluhkan lantaran kumuh dan banyak dimanfaatkan pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com di Koridor Sutoyo, Jumat (23/12/2016) siang, terdapat coretan dengan cat semprot berwarna keperakan di dua pot tanaman di jalur pedestrian depan SMA Negeri 5 Solo. Tulisan tagging yang tereja “FOND” dan “SAND” tersebut mengotori dinding pot tanaman yang berwarna kuning gading.

Salah seorang pejalan kaki di Koridor Sutoyo, Aldela, 24, menyayangkan aksi vandalisme yang merusak keindahan fasilitas publik yang belum genap berusia sebulan itu. “Sayang sekali dicoret-coret. Padahal masih baru banget. Belum ada sebulan umurnya,” katanya.

Keluhan senada disampaikan siswi kelas XII SMA Negeri 5 Solo, Anin, 17. Dia mengatakan coretan tersebut sudah ada sepekan terakhir.

“Enggak tahu siapa yang mencoret-coret. Tapi belum ada sepekan ini. Pas pagi berangkat sekolah, saya melihat sudah ada coretannya. Padahal sore harinya sewaktu pulang sekolah belum ada. Kemungkinan pas malam hari karena kalau siang dan malam di sini dipakai berjualan,” ujarnya.

Selain coretan, Anin juga mengeluhkan kondisi Koridor Sutoyo yang kumuh lantaran dipakai berjualan PKL. “Banyak pedagang yang enggak mau bersih-bersih setelah berjualan. Sampahnya ditinggal. Air bekas cuci piring dan minyak dibuang sembarangan. Padahal sudah dibangun, tapi kotor,” keluhnya.

Salah seorang pedagang ketoprak jakarta yang ditemui di Koridor Sutoyo, Heri, 30, mengaku belum mendapatkan sosialisasi kawasan tersebut steril dari pedagang. “Belum ada sosialisasi apa-apa dari Pemerintah Kota Solo. Kami tidak tahu ada larangan berjualan di sini,” tuturnya.

Sedangkan PKL yang berjualan tahu bulat di Koridor Sutoyo, Sumiyati, menampik tudingan PKL jadi biang kumuh di sana. “Kami jualan cuma sebentar. Paling sampai pukul 14.00 WIB. Memakai lahannya cuma sedikit dan setelah itu kami bereskan. Gerobak juga dibawa pulang karena setelah itu sudah ada yang gantian berjualan,” jelasnya.

Dia juga keberatan disuruh pindah berjualan lantaran selama tujuh tahun terakhir sudah menempati lapak tersebut. Namun, Sumiyati bersedia ditata oleh Pemkot.

“Kalau digusur ya jangan. Kalau ditata enggak apa-apa. Tapi mau ditata bagaimana lagi. Kami ini sudah tahu diri. Posisinya mepet jalan jadi tidak makan banyak tempat. Pejalan kaki masih bisa lewat sini,” ujar dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Solo, Taufan Basuki, menyampaikan sebelum penataan kawasan Jl. Sutoyo, sejumlah PKL telah sepakat untuk tidak berjualan lagi di trotoar. Menurut dia, pembangunan jalur pedestrian di kawasan tersebut berikut halte miring dan penerangan di sana dibuat untuk fasilitas pejalan kaki.

Sedangkan Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Solo, Subagiyo, menegaskan kawasan Jl. Letjen Sutoyo harus steril dari PKL. DPP mengancam akan menyita dagangan PKL yang nekat berjualan di koridor yang dibangun sebagai proyek peningkatan daya tarik Solo wilayah utara itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya