SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kedua dari kanan) diikuti Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meninjau perkampungan nelayan Tambaklorok di Kota Semarang, Selasa (2/12/2016). (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Penataan Kota Semarang masih dicemari 416 ha wilayah kumuh.

Semarangpos.com, SEMARANG — Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mengakui kawasan kumuh di wilayah ini masih sekitar 416 ha dari total wilayah 373,8 km2 atau 37.380 ha Kota Atlas. Wilayah kumuh itu ditargetkan terhapus pada 2019 mendatang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ditargetkan, pada 2019 mendatang Kota Semarang akan bebas dari kawasan kumuh, salah satunya melalui program kampung tematik,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Semarang, Senin (21/11/2016).

Wali kota yang akrab disapa Hendi itu menegaskan semangat untuk mewujudkan Kota Semarang yang bersih dan bebas dari kawasan kumuh dengan langkah penataan kampung-kampung secara tematik.

Beberapa kelurahan sudah dicanangkan sebagai kampung tematik, salah satunya Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur sebagai kampung batik dengan memperhatikan potensi lokal setempat.

“Kampung tentunya akan semakin baik. Baik dari sisi fasilitas, infrastruktur, maupun saluran drainasenya. Jadi, program kampung tematik ini untuk pengentasan kawasan kumuh,” katanya.

Dengan program kampung tematik, lanjut dia, kampung-kampung di Kota Semarang akan disulap menjadi lebih indah, lebih bersih, lebih hijau, dan memiliki sarana prasarana yang lebih baik.

Yang tidak kalah penting, tegas Hendi, semangat untuk menjadikan wilayah yang lebih baik dan hijau “royo-royo” dengan semangat menanam di kalangan warga Semarang untuk menghijaukan kotanya.

“Harus ada semangat menanam. Kalau tidak punya halaman, [bisa menanam] di pot. Kalau merasa [harga] pot mahal, bisa di kaleng bekas. Jadi, tidak alasan untuk tidak menanam,” katanya.

Setelah penataan wilayah berjalan baik, ia mengatakan target selanjutnya adalah pemberdayaan potensi warga di lingkungan kampung setempat seiring dengan tema pembenahan kampung tersebut.

“Seperti kampung batik. Di kelurahan ini tentunya memiliki potensi [pengembangan] batik, ada pengrajin maupun pedagangnya. [Potensi] Ini harus dikembangkan oleh masyarakat,” katanya.

Sebagai tahap awal, kata dia, baru 32 kampung di 32 kelurahan yang dikembangkan sebagai kampung tematik pada tahun ini dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Kota Semarang 2016.

“Nantinya, secara bertahap seluruh kelurahan akan memiliki tema khusus yang dikembangkan sehingga lebih mudah dikenal, dipromosikan, dan dikembangkan sesuai potensi wilayah setempat,” kata Hendi.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya