SOLOPOS.COM - Salahsatu titik lubang di sisi selatan pinggiran alun-alun utara Jogja, Rabu (7/9/2016). Lubang tersebut rencananya akan dijadikan untuk jaringan penyiraman air di kawasan alun-alun utara dengan memanfaatkan air dari limbah air wudlu Masjid Gede Kauman, melalui proyek Dinas PUP-ESDM DIY. (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Penataan Jogja kali ini menyasar Alun-alun Utara.

Harianjogja.com, JOGJA ––  Pemerintah Daerah DIY melalui Bidang Cipta Karya Dinas PUP-ESDM DIY melakukan penataan di Alun-alun Utara dengan memanfaatkan limbah air wudlu dari Masjid Gede Kauman. Limbah tersebut akan ditampung untuk menyiram kawasan alun-alun utara sekaligus menata lampu di sekitarnya dengan menghabiskan dana sekitar Rp1,2 miliar.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUP-ESDM DIY Muhammad Mansur menjelaskan anggaran pembangunan tersebut diambilkan dari dana keistimewaan DIY. Selain untuk pengerjaan sistem jaringan penyiraman, sekaligus penataan sejumlah lampu penerangan di sekitar alun-alun. Secara rinci mansur mengatakan, saat ini di pinggiran alun-alun utara sedang dalam proses penggalian. Titik penggalian itu akan ditanami splinker atau jaringan alat untuk menyiram tanaman. Hanya saja teknologinya nanti berbeda dengan cara menyiram tanaman pada umumnya.

“Itu untuk menyiram di sekitar alun-alun utara, tetapi bukan seperti penyirama [splinker] yang berputar-putar itu, ini teknologinya berbeda, termasuk penataan lampu, total anggaran sekitar satu [Rp1,29 miliar dalam papan proyek],” terangnya, Rabu (7/9/2016).

Ia menambahkan, penyiraman kawasan alun-alun tersebut tidak menggunakan air dengan cara menggali sumur. Melainkan dengan memanfaatkan limbah air wudlu dari Masjid Gede Kauman yang letaknya di sebelah barat alun-alun. Saat ini dalam proses pembangunan beberapa tampungan air limbah air wudlu. Limbah air wuldu yang sebelumnya dibuang di depan masjid, selanjutnya akan ditampung dengan dialirkan ke timur melalui bawah tanah untuk menyirami alun-alun dengan titik penampungan di beberapa titik. “Nanti airnya didapatkan dari sisa-sisa air dari masjid kauman, sisa air wudlu dari pada dibuang eman-eman kita manfaatkan untuk menyiram,” ujar dia.

Jaringan tersebut akan menggunakan sistem aliran bawah tanah. Termasuk sejumlah titik penyiraman, seperti titik keluarnya air untuk menyiram dari pinggiran alun-alun, nanti hanya akan dimanfaatkan saat melakukan penyiraman saja agar tidak menganggu masyarakat. Mansur menyadari, debit air limbah dari air wudlu di Masjid Gede kemungkinan masih kurang, oleh karena itu pihaknya masih mengupayakan pemanfaatkan aliran air lainnya yang berada di sekitar alun-alun.

Sedangkan untuk penataan lampu nanti akan disusun untuk membuat alun-alun menjadi terang. Titik yang dirasa masih butuh penerangan akan segera dipasangi. Seluruh pekerjaan penataan ini ditarget selesai pada akhir 2016. “Saat ini ada beberapa yang sudah terpasang lampu, itu nanti tinggal kita tambahi di beberapa titik,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas PUP-ESDM DIY Rani Sjamsinarsi menyatakan, kawasan dari Tugu Jogja, Malioboro, Keraton terus ke selatan hingga panggung krapyak merupakan sumbu filosofi Kota Jogja. Pemerintah harus berupaya agar sumbu filosofi itu tidak saja dipahami masyarakat, namun juga menimbulkan pengaruh perilaku positif bagi masyarakat. Sehingga harus dilakukan penataan, seperti halnya yang saat ini dilakukan penataan tahap pertama kawasan Malioboro. “Kalau kita melihat suatu kawasan itu kumuh, kita tidak akan bisa memahami apa yang ada di kawasan itu, seperti alun-alun itu adalah cerminan pemerintahan, kalau itu kumuh berarti kita tidak bisa mengaturnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya