SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL : Pertamina berencana menarik 100% minah bersubsidi pada April mendatang di Bantul. Meski sebelumnya, Pemkab Bantul menyatakan keberayan atas kebijakan itu karena akan menyulitkan perajin batik.

Humas Pertamina Unit Pemasaran IV DIJ-Jateng Happy Wulansari, menegaskan rencana penarikan minah bersubsidi akan dilakukan pada April mendatang, dengan pertimbangan konversi tabung gas yang telah mencapai 100%.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Pertamina memberikan alokasi minah pada Januari sebanyak 45 kilo liter. Angka tersebut sama dengan alokasi minah pada Desember lalu. Meskipun pembagian konversi tabung gas sudah mencapai 100% pada akhir 2008, Pertamina memberikan waktu secara bertahap hingga April mendatang. “Kalau tidak ada perubahan rencanya April baru ditarik 100%,”tegasnya saat dihubungi Harian Jogja kemarin.

Saat ini, paket tabung dan kompor gas yang didistribusikan Pertamina mencapai 230.000 paket setiap bulan. Selama bulan Desember, paket tabung yang dibagikan mencapai 360.000 paket.

Sales Manager Area Pertamina Jogja, Arie Anggoro menyebutkan Pertamina belum memutuskan rencana penundaan penarikan minah bersubsidi di Bantul. Penarikan secara perlahan-lahan dilakukan setiap bulannya, dengan mengurangi alokasi. “Saya belum tahu kapan minah bersubsidi akan dihentikan,”ujarnya singkat. 

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindakop), Yahya menegaskan Pertamina memang menunda penarikan minah bersubsidi. Keputusan tersebut didasarkan pada surat yang dikirim pertamina tertanggal 21 Januari 2009. Namun begitu, jumlah alokasi minah bersubsidi yang masih tersisa di Bantul hingga saat ini hanya mencapai 45 kilo liter. Sementara pemotongan minah bersubsidi pada 7 agen yang tersebar di Bantul hingga saat ini mencapai 2.040 kilo liter. “Saya harap penarikan bertahap, banyak perajin yang belum siap,” kata dia.

Di bagian lain, sejumlah perajin mengeluhkan rencana penarikan minah, dengan alasan tetap membutuhkannya untuk proses produksi. Mereka mengaku tidak siap jika minah bersubsidi ditarik langsung di pasaran.

Hartoyo, perajin patung primitif Dusun Pucung mengatakan minyak tanah mutlak diperlukan pada proses pembakaran patung. Dia membutuhkan minah 10 hingga 15 liter per hari untuk proses produksi. Namun, kelangkaan dan harga minah yang tinggi membuatnya semakin sulit bertahan. “Biaya produksi naik, padahal harga patung tidak bisa dinaikkan,” keluhnya pada Harian Jogja kemarin.

Senada, perajin batik, Giriloyo, Nani, menyebutkan mulai kesulitan untuk mendapatkan minah. Minah dengan harga Rp7.500 saat ini sering terlambat dan sulit dicari di sejumlah toko. Padahal, sentra batik sangat tergantung pada minah untuk proses pembatikan, yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pemerintah semestinya memikirkan bahan bakar alternatif untuk mengganti minah ketika ditarik. Selama ini, program konversi gas juga dianggap belum sempurna, dengan minimnya sosialisasi. “Kami tidak siap kalau harus ditarik, pemerintah perlu pikirkan solusinya,” kata dia. (Harian Jogja Cetak/Shinta Maharani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya