SOLOPOS.COM - Polisi membawa kotak yang diduga berisi barang bukti yang berhasil dikumpulkan di kompleks Masjid Baitul Amin, Waringin Rejo, Cemani, Sukoharjo, Selasa (11/12/2012). Barang bukti terkait penangkapan oleh Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, terduga teroris Ihsan dan Tony yang memasang bom tabung gas di Mapolsek Pasar Kliwon, Solo, beberapa waktu lalu. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Polisi membawa kotak yang diduga berisi barang bukti yang berhasil dikumpulkan di kompleks Masjid Baitul Amin, Waringin Rejo, Cemani, Sukoharjo, Selasa (11/12/2012). Barang bukti terkait penangkapan oleh Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, terduga teroris Ihsan dan Tony yang memasang bom tabung gas di Mapolsek Pasar Kliwon, Solo, beberapa waktu lalu. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SUKOHARJO–Ikhsan dan Tony, dua terduga teroris yang ditangkap di Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Solo pada Senin (10/12/2012) malam disebut berasal dari Sleman, Jogjakarta

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Penangkapan Ikhsan, 27 dan Toni Anggara Putra, 25, tentu saja mengagetkan warga di sekitar tempat kejadian perkara. Saat Solopos.com  menemui Ketua RT 004/RW015 Cemani, Grogol, Sukoharjo, Martono, Selasa (11/12/2012), banyak kejadian mengagetkan pada Senin malam itu. Martono menceritakan, malam itu sebuah panggilan telepon dari seorang lelaki masuk ke nomor miliknya.

Laki-laki itu mengaku ingin bertemu dan menunggu di luar pagar rumah Martono. “Saya sempat mengintipnya,  kalau enggak salah naik mobil Daihatsu Terios warna silver. Saya pikir itu salah satu tim sukses calon kepala desa (kades) yang bergerilya mencari dukungan warga karena Cemani akan mengadakan Pilkades ulang Rabu [12/12]. Pintu pagar langsung saya buka, setelah itu, laki-laki yang berada di luar mobil mengatakan Ikhsan ingin bertemu dengan saya,” ungkap Martono.

Dalam pertemuan itu, Ikhsan minta tolong Martono menjualkan gerobak dagangnya. Selama ini Ikhsan dikenal sebagai penjual kebab di simpang empat Konimex. Ikhsan juga meminta Martono menyampaikan permohonan maafnya kepada sang bibi, Sri Muryani.

Ikhsan ingin Sri Muryani tahu keponakannya tersebut telah ditangkap Densus 88 Antiteror sehingga tak perlu bingung mencari dia. “Saya berbicara dengan Ikhsan di dalam mobil. Pintu mobil saya biarkan terbuka karena takut saya juga terseret karena diduga teroris. Saya juga tidak sempat menanyakan mereka [yang membawa Ikhsan] itu siapa. Saat itu saya masih syok sehingga saya hanya fokus pada Ikhsan,” kata Martono sambil mengenang kejadian mengejutkan tersebut.

Martono menjelaskan, saat bertemu dengan dirinya, Ikhsan dibawa tiga orang (satu orang duduk di bagian kemudi dan dua orang menunggu di luar mobil).

Martono mengungkapkan tidak tahu apakah di jok belakang ada orang, karena dia hanya fokus pada Ikhsan. Setelah selesai berbicara dengan Ikhsan, Martono langsung masuk ke dalam rumah, tak berapa lama kemudian mobil melaju ke arah selatan.

“Paginya saya mendapat kabar bahwa Toni juga ditangkap. Info tersebut saya peroleh dari Nur dan jemaah masjid yang ikut Salat Subuh. Ikhsan, Toni dan Nur tinggal di Masjid Baitul Amin. Tapi yang resmi menjadi penjaga masjid hanya Ikhsan. Toni dan Nur hanya menumpang,” lanjut Martono.Dijelaskan Martono, Ikhsan telah menjadi penjaga masjid yang beralamat di Jl Sidomulyo RT 005/RW 011, Cemani, Grogol, Sukoharjo itu, selama lima tahun terakhir. Setiap malam, laki-laki asal Imogiri, Bantul, itu memang berprofesi sebagai penjual kebab. Martono juga mengungkapkan Nur tidak ditangkap karena dianggap tak terlibat jaringan teroris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya