SOLOPOS.COM - Lambang PMI (Kaskus)

Penanggulangan bencana dilakukan dengan berbagai cara.

Solopos.com, SOLO – Tiga kelurahan di Kecamatan Pasarkliwon Kota Solo, yakni Kelurahan Semanggi, Sangkrah, dan Sewu menjadi lokasi percontohan program Community Flood Resilience (CFR).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Program berupa pembangunan masyarakat tangguh banjir itu diadakan tahun ini dengan penanaman pohon di lahan bantaran sungai.

Menurut Kepala Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Solo, Tri Wuryanto, kegiatan itu merupakan kerja sama Zurich Insurance dengan PMI pusat. Program itu dimulai tahun ini pada Februari di Kelurahan Semanggi, pada Agustus di Sangkrah, dan pada September di Kelurahan Sewu.

“Di Indonesia, program itu menyasar daerah bantaran di tiga sungai yakni Citarum, Bengawan Solo, dan Ciliwung. Di wilayah sungai Bengawan Solo, ada tiga daerah sebagai percontohan. Tiga daerah itu Wonogiri, Solo, dan Bojonegoro,” katanya saat ditemui di bantaran sungai di bawah Jembatan Mojo, Kelurahan Semanggi, Sabtu (17/10/2015).

Di lokasi itu, PMI ingin mengubah tanah bantaran menjadi lahan produktif yang bisa dimanfaatkan warga sekitar. Lahan itu ditanami tanaman buah salah satunya mangga. Juga tanaman sayur untuk tumpang sari seperti cabai, tomat, dan terong dengan bantuan bibit dari PMI.

“Dengan program itu, kami ingin memanfaatkan lahan bantaran yang terbengkalai saat kemarau agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Tanaman itu juga sekaligus penahan longsor. Kami memilih tiga kelurahan itu karena rawan banjir dan padat penduduk. Program ini dilakukan selama 2,5 tahun yang selanjutnya kami serahkan pengelolaannya ke masyarakat,” ujarnya.

Untuk pemantauannya, PMI telah mempersiapkan 30 sukarelawan di tiga kelurahan yang dilatih menjadi petugas siap siaga bencana berbasis masyarakat (Sibad).

Terkait program CFR, Ketua RW 23 Kelurahan Semanggi, Nurrahmad, menyambut baik karena bisa menjadi mata pencaharian tambahan bagi masyarakat di sekitar bantaran sungai. Sebab, mayoritas pekerjaan warga berupa buruh dengan ekonomi menengah ke bawah.

“Di wilayah kami, satu RW ada lima RT yang terdiri atas 500 keluarga. Mayoritas pekerjaan mereka buruh. Kami berharap program ini bisa menambah pendapatan masyarakat dengan memanfaatkan lahan bantaran,” tuturnya saat ditemui Espos di sela-sela kegiatan di lahan bantaran di bawah Jembatan Mojo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya