SOLOPOS.COM - Peserta rapat evaluasi kegiatan revitalisasi Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) tampak antusias mendengarkan arahan pembicara di ruang pertemuan Bappeda Litbang Wonogiri, Kamis (14/7/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Tokoh di Lembaga Swadaya Masyarakat Perhimpunan untuk Studi dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial (LSM Persepsi) Wonogiri, Edy Supriyanto, menilai penyelesaian masalah sedimentasi di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Keduang masih belum efektif. Dampaknya, kerusakan fungsi Waduk Gajah Mungkur (WGM) akan terus berlanjut.

Menurutnya, upaya revitalisasi yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) melalui Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) masih menyimpan pekerjaan rumah. Pada Sub DAS Keduang yang meliputi 91 desa di tujuh kecamatan di Wonogiri, hingga kini hanya 36 desa yang sudah memiliki Kelompok Konservasi Tanah dan Air (KKTA).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Artinya, 55 desa masih belum memiliki KKTA. Separuhnya saja belum ada. Sehingga sampai sekarang penyelesaiannya tidak efektif,” tutur Edy saat ditemui Solopos.com seusai Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Kegiatan Revitalisasi GNKPA di Wonogiri, Kamis (14/7/2022).

Sub DAS Keduang diketahui sudah sejak lama menjadi penyumbang air terbesar yang menuju WGM dibanding lima DAS lainnya di Kabupaten Wonogiri. Informasi yang dihimpun Solopos.com, persentase sumbangan DAS Keduang ke WGM sebesar 40%. Sedangkan pada peringkat kedua, yakni DAS Tirtomoyo dengan persentase 16%. Perbedaan persentase itu sebanding dengan luas area di kedua Sub DAS.

Ekspedisi Mudik 2024

Sub DAS Keduang, luas areanya 42.137 hektare (Ha). Sedangkan Sub Das Tirtomoyo setengahnya, yakni 21.088 Ha. Data tersebut dikelola oleh BBWSBS yang diperoleh Solopos.com belum lama ini. Dengan area seluas itu, Sub DAS yang menyumbang air ke WGM itu juga ikut mengalirkan endapan sedimentasinya ke dasar waduk.

Baca Juga: Sumber Air Baku Masih Jadi Kendala Atasi Kekeringan di Wonogiri

“Dalam studinya JICA [Japan International Cooperation Agency] tahun 2004-2005, sedimen yang masuk di WGM ini kan dari DAS Keduang. Sehingga ini menjadi isu nasional saat itu, tidak hanya isu Wonogiri. Harapannya ini bisa dikurangilah sedimen yang masuk ke WGM. Tapi program ini belum menyelesaikan apa-apa karena menurut kami enggak diselesaikan komprehensif. Jadi agak susah menyelesaikannya,” ucap dia.

Edy juga meminta BBWSBS turut memerhatikan sedimentasi di Sub Das lainnya. Ia mencontohkan, endapan sedimen di Sungai Wiroko yang termasuk dalam Sub Das Tirtomoyo.

“Sungai Wiroko itu tidak kalah pentingnya menyumbang sedimentasi ke WGM. Di situ, menurut kami lahannya sangat mudah erosi. Aliran airnya berpindah-pindah setiap tahun,” imbuhnya.

Selain mengingatkan kembali untuk fokus menyelesaikan masalah sedimentasi pada dua DAS besar yang mengaliri WGM, BBWSBS juga diminta Edy memelihara Waduk Pidekso yang baru saja dibuat. Pemeliharaan itu bertujuan agar kesalahan sedimentasi di WGM tak terulang kembali.

Baca Juga: Konservasi Daerah Tangkapan Air di WGM Terkendala Anggaran, Kok Bisa?

“Yang terjadi di WGM itu kan kita sudah bisa membuat tapi untuk memelihara daerah tangkapan air, sumber air, dan tutupan lahan tidak dilakukan. Kami berharap di Pidekso ada penanganan DTA-nya [Daerah Tangkapan Air]. KKTA harus sudah dibentuk dan pemeliharaan sungai di sekitarnya harus segera dilakukan. Jika sudah begitu, endapan sedimen tidak akan masuk ke Waduk Pidekso,” jelasnya.

Kepala Bidang (Kabid) Operasi dan Pemeliharaan BBWSBS, Sri Wahyu Kusumastuti, mengatakan bakal mengevaluasi program pengentasan sedimentasi di enam DAS yang membawa endapan sedimen ke WGM. Ia juga bakal menghitung secara terukur capaian penyelesaian sedimentasinya.

“Misalnya di Sub DAS Keduang sebenarnya sudah berapa persen sih penyelesaiannya. Kalau sudah bagus tapi sub DAS ini masih kami sentuh, padahal ada DAS-DAS lain yang juga menyumbang sedimentasi. Nanti akan kami evaluasi dulu untuk Sub DAS Keduang,” kata perempuan yang akrab disapa Wahyu, saat ditemui wartawan di Wonogiri, Kamis.

Disinggung soal upaya penanganan sedimentasi di Sungai Wiroko, Wahyu mengklaim telah menyusun rencana konservasi tingkat desa (RTKD). Di sisi lain, ia mengakui RTKD tersebut belum diimplementasikan.

Baca Juga: Mengenang Desa yang Tenggelam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

RTKD tersebut akan ditinjau ulang dengan menggandeng KKTA di wilayah setempat. Hal itu guna mengetahui pasti soal ada dan tidaknya penambahan sedimentasi.

Sub DAS yang menuju WGM berjumlah enam, di antaranya, Keduang, Tirtomoyo (Wiroko), Solo Hulu, Temon, Alang Unggahan, dan Wuryantoro. Keenam Sub DAS itu, kata Wahyu, turut menyumbang sedimen ke WGM.

“Cuman yang terbesar itu Sub Das Keduang. Tapi nantinya setiap tahun bakal ada pengukuran tingkat sedimentasinya. Penanganannya, akan dibangun bangunan yang menahan bangunan melintang. Itu untuk menahan laju sedimentasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya