SOLOPOS.COM - Warga Pakem Sleman protes penambangan pasir di wilayah itu, Sabtu (2/5/2015). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Penambangan pasir di Sleman diprotes warga Pakem.

Harianjogja.com, SLEMAN — Ratusan warga Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem menggelar aksi damai menolak penambangan pasir Kali Boyong menggunakan alat berat backhoe, Sabtu (2/5/2015).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aksi yang juga diikuti kaum perempuan dan anak-anak ini bahkan mengancam jika backhoe masih terus beroperasi, warga tidak akan mengikuti Pilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada Desember mendatang.

Hal itu disampaikan koordinator lapangan (korlap) aksi damai, Pambudi Sulistyo usai memimpin orasi di pertigaan Pulowatu.

Ekspedisi Mudik 2024

“Apabila setelah hari ini masih ada backhoe, masyarakat akan menuntut tanggung jawab kepada Bupati Sri Purnomo. Terburuknya, kami akan menolak Pilkada. Warga Purwobinangun sudah sepakat tidak ikut Pilkada kalau penambangan di Kali Boyong masih dibiarkan,” kata dia.

Sulistyo menuturkan, penambangan menggunakan backhoe yang berlangsung pascaerupsi Merapi itu sangat meresahkan warga. Aliran air bersih yang biasanya mengalir tanpa henti, kini semakin berkurang. Pengerukan oleh backhoe menurutnya sudah semakin mendekati wilayah sumber air, terutama yang terletak di Dusun Glondong.

Penambangan pasir sebenarnya ada aturan bahwa penambangan backhoe dilakukan di areal berjarak 50 meter dari titik sumber air. Namun kenyataan yang baru-baru ini ditemui adalah backhoe mengeruk pasir yang lokasinya hanya berjarak dua hingga tiga meter dari titik sumber air. Akibatnya pipa yang menyambungkan air dari sumber ke rumah-rumah warga pun terputus.

Sumber Air

“Di Dusun Glondong sendiri ada tiga titik sumber air tanah yang digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Sejak ada backhoe ini, debit airnya berkurang. Dari tiga titik sekarang tinggal dua yang ada airnya,” jelas Sulistyo yang berasal dari Dusun Glondong ini. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan warga, dua sumber air yang tersisa pun dialirkan dengan sistem buka tutup.

Lebih lanjut Sulistyo mengatakan, belum lama ini backhoe yang melakukan penambangan di Kali Boyong sudah sampai mengeruk tebing sisi barat kali yang notabene merupakan wilayah Purwobinangun.

Akibatnya, pipa-pipa penyalur air bersih pun ikut terkeruk. Selain itu pohon-pohon sengon yang sedianya ditanam sebagai peresapan kali juga rusak.

Salah satu peserta aksi dari Dusun Jamblangan, Desa Purwobinangun, Agus Kristianto, mengatakan akibat dari kerusakan itu setiap Minggu ia bersama warga Jamblangan terpaksa kerja bakti memperbaiki saluran air yang tergerus backhoe.

“Backhoe yang harusnya beroperasi di wilayah Desa Candibinangun ternyata juga ikut nggali perengnya [tebingnya] milik Purwobinangun. Akibatnya, pipa air yang ada di Purwobinangun ikut terkeruk. Tiap Minggu kita harus kerja bakti membenarkan pipa yang rusak,” jelas Agus.

Dalam aksi yang dipusatkan di pertigaan Pulowatu ini, warga juga mengarak sebuah ogoh-ogoh berkepala babi. Ogoh-ogoh yang diberi nama Bethoro Begosiskolo itu merupakan wujud pemilik backhoe yang serakah menambang pasir demi keuntungan semata.

Sebagai upaya konservasi Kali Boyong, massa yang berasal dari Dusun Glondong, Jamblangan, Beneran, Pulowatu, dan Bunder ini juga melakukan gerakan penghijauan. Usai menggelar orasi, mereka berjalan menuju Kali Boyong untuk melakukan penanaman bibit pohon kelapa, sengon, asem, dan gayam. Penanaman juga diiringi dengan pembakaran ogoh-ogoh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya