SOLOPOS.COM - Sejumlah truk pengangkut pasir terparkir di lokasi penambangan pasir Sungai Progo yang berhimpitan dengan lahan pertanian warga, Kamis (26/11). Praktek penambangan pasir di Sungai Progo kini mulai menggerus lahan warga. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Penambangan Pasir Bantul dikeluhkan warga.

Harianjogja.com, BANTUL- Penambangan pasir di Sungai Progo mulai menggerus lahan pertanian warga. Lahan bantaran sungai di empat dusun di Desa Poncosari, Srandakan kini terancam hilang tergerus tambang.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Pantauan media ini Kamis (26/11/2015), penggerusan lahan pertanian maupun lahan kosong milik warga terjadi di sepanjang wilayah yang dilintasi Sungai Progo tepatnya di Dusun Talkondo, Singgelo, Ngentak dan Babakan.

Eni warga Dusun Talkondo mengungkapkan, penambangan pasir tidak berizin itu terus merambat ke sisi timur sungai menuju daratan dan mengenai lahan warga.

“Padahal itu lahan hak milik. Hari Minggu kemarin itu bahkan sempat konflik sama warga yang punya tanah hak milik, lalu tambangnya berhenti,” ungkap Eni, Kamis (26/11/2015).

Dikatakannya, tanah yang tergerus itu sebagian merupakan lahan pertanian. Penggerusan lahan disebabkan beroperasinya penambangan pasir
modern dengan penyedot pasir maupun penambangan tradisional.

“Bahkan di daerah Singgelo sudah mepet sekali dengan tanah kas desa makanya diminta berhenti,” ujarnya.

Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Desa Poncosari, Srandakan, Sukijan membenarkan dampak penambangan pasir yang telah menggerus lahan di sisi timur sungai.

“Karena sampai sekarang tambang-tambang itu masih beroperasi. Di Singgelo itu masih ada, lalu di Babakan dan Ngentak meski sebagian masih manual,” kata Sukijan.

Parahnya lagi kata dia, kendati kegiatan tambang tidak mengenai langsung lahan warga, namun saat musim hujan lahan di sisi timur itu terancam
punah karena tergerus luapan sungai.

“Itu karena aktivitas tambang semakin mepet ke lahan, lalu sungai juga semakin dalam karena ditambang terus. Otomatis bibir sungai yang datarannya lebih tinggi ikut tergerus. Penyebab awalnya ya karena tambang juga,” paparnya.

Pemerintah desa melalui perangkat dusun telah memerintahkan para penambang untuk menghentikan aktivitasnya, guna mencegah erosi lahan yang kini sudah mulai terlihat. Sejauh ini kata dia, sebagian tambang pasir itu telah tutup namun sebagian masih ada yang beroperasi.

“Ada empat titik lokasi tambang yang masih aktif,” jelasnya.

Praktek penambangan yang berdampak buruk pada lingkungan tersebut menurutnya sulit diatasi bila hanya mengandalkan pemerintah. Warga
setempat perlu berpartisipasi melindungi wilayahnya dari potensi kerusakan lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya