SOLOPOS.COM - Aktivitas penambang pasir di Sungai Progo, tepatnya di kawasan Lendah, Kulonprogo. Foto diambil dari Desa Trimurti, Srandakan, Bantul, Selasa (11/8/2015) siang. (Harian Jogja-Arief Junianto)

Penambangan ilegal Bantul masih ditemukan di sejumlah titik di Sultan Ground

Harianjogja.com, BANTUL-Kendati sudah mendapatkan peringatan dari pihak berwenang, penambangan pasir pantai tetap terjadi. Disinyalir penambangan ilegal itu dilatarbelakangi oleh tingginya permintaan pasir itu menyusul kian melambungnya harga pasir sungai yang saat ini mencapai harga Rp1 juta per truk.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Salah satu lokasi penambangan itu ada di kawasan Dusun Mancingan, Desa Parangtritis. Dari penelurusan Harianjogja.com, lokasi penambangan tersebut memang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sepintas, usaha penambangan pasir ilegal itu tak terlihat dari luaran lantaran lokasinya yang tersembunyi di balik rumah dan hotel milik warga.

Akibatnya, kondisi lahan yang diduga berstatus sebagai Sultan Ground itu kini sangat memprihatinkan. Dari lebar gumuk pasir yang semula mencapai 200 meter dan panjang sekitar 300 meter serta dengan ketinggian puncak gumuk pasir hingga 50 meter itu, kini kondisinya sudah berkurang hingga 50% hingga menyerupai tebing curam.

Untuk bisa mencapai lokasi penambangan, para penambang sengaja menyewa sebuah rumah di sisi barat gumuk pasir yang selanjutnya difungsikan sebagai pintu masuk dan keluar truk pengangkut pasir. Agar tersamar, pintu masuk atau keluar truk pengakut pasir pintu depan ditutup dengan terpal plastik berwarna biru sehingga sama sekali tidak disangka sebagai jalan masuk atau keluar truk pengangkut pasir.

“Itu rumah milik warga dan rumahnya disewa selanjutnya difungsikan untuk pintu masuk keluar truk pembawa pasir dari gumuk pasir. Agar tak kentara pintu ditutup terpal dari plastik warna biru,” kata salah satu warga Dusun Mancingan yang tak bersedia disebutkan namanya, Sabtu (12/11/2016) lalu.

Aktivitas penambangan pasir di wilayah itu diakuinya sudah terjadi cukup lama. Ia pun mengaku terganggu dengan aktivtas tersebut. “Herannya, kok usaha itu tak terendus aparat, ya. Atau mungkin karena kegiatan penambangan pasir itu tersamar dengan kegiatan pariwisata yang cukup ramai di Pantai Parangtritis,” gerutunya.

Ia menambahkan, hilir mudik truk yang mengambil pasir biasanya memanfaatkan suasana ramai wisatawan maupun saat wisatawan sepi dan tidak ada petugas kepolisian atau Satpol PP Pemkab Bantul. Dengan begitu, aktivitas truk itu pun tak begitu mencolok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya