SOLOPOS.COM - Warga di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, menarik pungutan terhadap truk pasir yang melintas di kawasan tersebut, Selasa (26/1/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Penambangan galian C Boyolali, sejumlah warga menarik pungutan bagi truk pasir yang melintas di kawasan Selo.

Solopos.com, BOYOLALI–Pungutan di sepanjang jalur truk pasir tepatnya di Kawasan Selo bermunculan. Dari pantauan Solopos.com, begitu masuk kawasan Gebyok, Kecamatan Selo hingga akses jalan terakhir ke Kali Apu di lereng Gunung Merapi setidaknya ada 15 hingga 20 gardu yang dijaga seorang warga dan mereka menarik pungutan kepada sopir truk pasir yang melintas. Hampir di setiap tikungan jalan juga selalu ada warga yang menarik pungutan dan mengatur arus lalu lintas truk. Pos-pos pungutan itu diperkirakan baru muncul dalam kurun dua hingga tiga pekan terakhir.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurut penuturan sejumlah warga, gardu-gardu pungutan itu untuk “memperlancar” akses keluar masuknya truk. Nilai pungutan rata-rata Rp2.000 per truk bahkan ada yang mencapai Rp5.000 per truk. Warga mengklaim pungutan itu untuk perawatan jalan dan merupakan inisiatif warga masyarakat.

“Yang ditarik pungutan hanya truk pasir,” kata warga Bayu, Dukuh Kajor, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, saat ditemui Solopos.com, belum lama ini.

Dia mencontohkan pos pungutan di pintu keluar dari lokasi tambang Dukuh Kajor memberlakukan nilai pungutan hingga Rp5.000/truk. Setiap truk yang keluar mengangkut pasir dari Kajor harus membayar senilai itu.

“Yang Rp3.000 masuk ke kas dukuh, yang Rp2.000 untuk petugas yang jaga di gardu,” kata Bayu. Menurut dia, pungutan itu sudah dibahas bersama-sama dengan warga dan kesepakatan dengan para penambang pasir. Salah satu tujuannya adalah untuk perawatan jalan karena jalan yang sering dilalui truk mudah rusak.

Maraknya pungutan di jalur Solo-Selo-Boyolali menjadi sorotan Komisi III DPRD Boyolali. Ketua Komisi III, Lambang Saroso, mengatakan munculnya pungutan-pungutan liar di setiap tikungan jalan di kawasan Selo ditengarai merupakan bagian dari konspirasi para penambang pasir ilegal untuk melancarkan akses jalan.

“Munculnya pungutan-pungutan liar tentu bagian dari pelaku-pelaku tambang ilegal itu. Mereka membuka pungutan hampir di setiap tikungan untuk melancarkan akses jalan. Jadi, dengan adanya pungutan itu, seolah-olah truk diberi keleluasaan melintas atau di beri jalan,” papar Lambang.

Dampak dari munculnya pos-pos pungutan itu, jalur SSB sering macet. Mau tidak mau truk akan berhenti sejenak membayar pungutan kepada petugas yang berjaga. “Ini kan namanya mengganggu lalu lintas. Bagi kawasan Selo yang notabene adalah kawasan wisata, ini akan sangat tidak nyaman.”

Camat Selo, Wurlaksono, mengakui maraknya pos-pos pungutan di jalur truk pasir. Namun demikian, dia mengartikan aktivitas masyarakat itu untuk memperlancar arus lalu lintas.

“Mereka seperti menjual jasa membantu kelancaran lalu lintas. Memang saya amati sekarang jarak antara satu gardu dengan gardu yang lain sangat dekat, jadinya ya banyak begitu,” kata Wurlaksono.

Dia berharap apa yang dilakukan warga adalah murni jasa sehingga tidak ada paksaan kepada pengguna jalan. “Jaga gardu jangan pasif, artinya mereka benar-benar membantu kelancaran lalu lintas. Kecuali kalau mereka hanya sekadar mungut nanti kami minta kades untuk menertibkan saja.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya