SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Jakarta (Solopos.com) – Pemulangan jemaah haji Indonesia pada tahun ini dinilai relatif lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Pada pemulangan jamaah haji ke Tanah Air di waktu-waktu lalu menurut Kepala Dinas Urusan Haji Umrah Garuda Indonesia, Hady Syahrean, ada tiga faktor besar yang kerap membuat jadwal penerbangan dari Arab Saudi ke Indonesia molor.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Pertama, tidak sebandingnya jumlah gate (pintu masuk/keluar) di bandara King Abdul Azis di Jeddah dengan frekuensi penerbangan serta jumlah calon penumpang. Kedua, kedisplinan jemaah dan ketiga, minimnya armada bus di bandara yang mengangkut penumpang ke pesawat.

“Di terminal barat hanya ada 13 gate, sementara jumlah calon penumpang dan penerbangan sangat banyak. “Jika satu saja delay (penundaan), akibatnya akan berantai. Itu tidak bisa dihindari dan berlaku untuk semua penerbangan,” kata Hadi akhir pekan lalu.

Mengenai kedisiplinan penumpang, penyakit utama jemaah haji Indonesia adalah membawa barang bawaan yang melanggar ketentuan, seperti gunting, pisau dan melebihi berat maksimal yang diperbolehkan. “Ini menjadi hambatan untuk bisa masuk gate, karena petugas bisa menyuruh membongkar lagi bawaan mereka, dan itu memakan waktu yang tidak sedikit. Petugas bandara tidak mau tahu, karena memang peraturannya begitu,” katanya.

Kendala ketiga, ujarnya, bus bandara yang membawa penumpang dari gate ke pesawat sangat terbatas. “Setahu kami, hanya ada delapan unit bus di King Abdul Azis, sementara mereka harus mengangkut begitu banyak calon penumpang. Kita sering harus menunggu lama sampai bus datang menjemput,” katanya.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar berjanji mengupayakan hal terbaik dalam pemulangan jamaah haji ke tanah air secara bertahap yang dimulai 11 November hingga tanggal 10 Desember yang seluruhnya diangkut dalam 503 kelompok terbang (Kloter). Tetapi dia juga mengungkapkan dari pengalaman banyak faktor termasuk teknis yang menyebabkan kurang mulusnya pemulangan jamaah haji ke tanah air. “Kadang-kadang ada beberapa hal yang di luar kendali kita,” katanya.

Kendala teknis yang di luar kendali misalnya, terjadi pada pemulangan kloter 07 Debarkasi Medan dengan 454 orang jamaah asal Deliserdang, Medan, dan Binjai ke Bandara Polonia, sehingga mengalami keterlambatan hingga empat jam. Usut punya usut, keterlambatan kali ini karena pintu pesawat tidak bisa ditutup, kata Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan, Drs HM Sazli Nasution. “Ketika pintu pesawat akan ditutup, tangga yang berada di pintu dua pesawat yang seharusnya mundur, tanpa diketahui sebabnya malah maju,” ujarnya.

Akibatnya, dinding di bawah pintu pesawat koyak sekitar 20 cm, sehingga pintu itu harus ditambal. Dengan ditambalnya pintu pesawat, maka izin layak terbang dari Jerman yang menangani lisensi pesawat Boeing 747 harus diperoleh. “Ini baru pertama kali terjadi dan menyebabkan keterlambatan hingga empat jam,” ujarnya.

Juga menurut Emir, ketika waktu pemulangan jamaah haji, banyak sekali pesawat milik maskapai dari seluruh dunia. “Hal itu berakibat domino. Apalagi ini kan kita ibarat sowan ke negara orang lain. Jadi, kita tidak bisa mengatur segala sesuatunya sendiri,” ujar Emir.

Tentang ketepatan waktu kedatangan pesawat (On Time Performance/OTP) pengangkut jamaah haji, menurut Hadi Syahrean, selama ini di atas 95 persen. “OTP kepulangan, tahun-tahun sebelumnya cuma sekitar 40 persen. Tahun ini dengan adanya gate di Terminal Barat, kami akan tetap melihat situasi. Tapi 60 persen saja sudah cukup baik. Target kami, Insya Allah 70 persen,” ujarnya.

JIBI/SOLOPOS/Ant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya