SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SURAT PENANGKAPAN—Ayah kandung Ibnu, Nasimin (tengah) didampingi Ketua RT 5/RW I, Hadi Kasim dan tetangga Nasimin, Wasik Wasito, menunjukkan surat penangkapan terhadap anaknya, Ibnu Aziz Rifai, yang dilakukan petugas Reskrim Polres Boyolali di kediamannya, Kamis (15/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Mufid Aryono)

Berawal dari iseng dan coba-coba, Ibnu Aziz Rifai kini harus berurusan dengan penegak hukum, karena merakit dan meledakkan bom elpiji 3 kg. Bagaimana pemuda Boyolali itu di mata keluarga dan tetangga, berikut laporan wartawan SOLOPOS Ahmad Mufid Aryono dan Farid Syafrodhi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Rumah sederhana di Pilangsari, Desa Potronayan, Nogosari, Boyolali itu tampak cukup ramai, Kamis (15/9/2011) pagi. Sejumlah warga terlihat berkerumun di depannya. Saat wartawan  menyambangi rumah itu, warga mempersilakan rombongan wartawan duduk di teras rumah.

Sejurus kemudian, seorang pria mengenakan kaus putih, menyambut kedatangan wartawan. Nasimin, nama pria itu, merupakan ayah kandung Ibnu Aziz Rifai, 20, pemuda yang diduga merakit bom menggunakan tabung elpiji 3 kg dan diledakkan 31 Agustus lalu.

Nasimin lantas mulai bercerita mengenai keseharian anaknya yang kini sedang ditahan polisi itu. Menurut Nasimin, anak ketiga dari empat bersaudara itu dinilai sebagai sosok yang lugu. Pemuda yang punya cita-cita jadi tentara itu, kata Nasimin, selalu menceritakan hal apapun kepadanya.

“Bocah (Ibnu–red) itu lugu. Selepas lulus SMK dia membantu saya menjadi buruh,” ujar Nasimin kepada wartawan.

Perilaku Ibnu, lanjut Nasimin, juga tidak neka-neka. Nasimin meyakini anaknya sama sekali tidak terkait jaringan teroris atau aliran garis keras yang mendorong si anak mampu merakit benda mirip bom tersebut.

Bahkan, menurut Nasimin, dirinya juga selalu meminta anaknya untuk selalu menjalankan salat lima waktu. “Saya selalu mengingatkannya untuk salat tepat waktu. Jadi tidak mungkin kalau dia ikut jaringan,” tepis Nasimin.

Senada, tetangga Nasimin, Wasik Wasito, 35, mengaku tidak ada hal yang istimewa dari benda yang dibuat dan diledakkan Ibnu. Pembuatan benda dari elpiji 3 kg itu, menurut Wasik, hanya sebuah ungkapan kegembiraan merayakan Lebaran.

“Jangan disangkut-pautkan dengan hal-hal jaringan (teroris-red). Tidak ada sama sekali. Warga sangat mengetahui kegiatan dan sepak terjang Ibnu selama ini,” tandas dia.

Ketua RT 5/I, Dukuh Pilangsari, Hadi Kasim, menambahkan pihaknya mengetahui jika Ibnu selalu berada di rumah selepas lulus SMK. Sehingga, tidak mungkin berbuat aneh-aneh pascapeledakan bom rakitan itu.

Ketiganya berharap pihak kepolisian bisa segera memberikan kepastian hukum terhadap Ibnu. Selain itu, mereka juga berharap pemerintah bisa memberikan solusi terhadap kreativitas Ibnu tersebut.

“Kami hanya berharap ada solusi terbaik dalam memberikan wadah bagi Ibnu. Jangan sampai malah menjurus ke hal-hal negatif,” harap mereka.

Nasimin menuturkan Ibnu merupakan anak yang pandai. Hal itu terlihat dari prestasi sekolah selama menempuh ilmu di SMK Adi Soemarmo, Colomadu, Karanganyar. Menurut Nasimin, anaknya itu selalu menduduki peringkat II di kelas sejak kelas X hingga kelas XII.

Di bekas sekolahnya, Ibnu dikenal sebagai pribadi pendiam dan tidak banyak tingkah. Hal itu diketahui saat Espos menanyakan perihal pribadi Ibnu kepada kepala sekolah dan sejumlah guru di SMK Adi Soemarmo, Colomadu, Karanganyar. Ibnu lulus dari Jurusan Teknik Audio Video (TAV) 2010.

“Dia lebih banyak diam kalau di kelas dan tidak terlalu menonjol dibanding teman-temannya,” ungkap Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMK Adi Soemarmo, Purwanto, saat ditemui Espos di SMK tersebut, Kamis pagi.

Menurut Purwanto, saat masih sekolah, Rifai hanya berteman dengan teman-teman sekelasnya yang hanya berjumlah 12 anak. Ia kaget siswanya bisa merakit bom sendiri. Guru sama sekali tidak mengajarkan merakit barang elektronik yang berkaitan dengan bahan peledak.

Hal senada juga diungkapkan Kepala SMK Adi Soemarmo, Saptono. “Saya semakin kaget lagi karena Rifai belajar merakit bom hanya dengan bantuan panduan melalui Facebook,” terang Saptono.

Ia juga tidak terlalu mengetahui apakah Rifai bergabung dengan organisasi tertentu di luar sekolah atau tidak. Pasalnya saat di lingkungan sekolah, selain mengikuti pelajaran di kelas, Rifai hanya ikut ekstrakurikuler olahraga. Dari kasus ini, pihaknya segera berkoordinasi dengan para guru dan memberikan briefing kepada para siswa.

“Langsung setelah ini kami akan mengumpulkan siswa untuk lebih berhati-hati agar kemampuan yang dimilikinya itu tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Apalagi pertemanan via Facebook,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya