SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Para pemimpin redaksi (newsroom) stasiun televisi nasional sepakat untuk memperketat pengawasan dan kontrol internal dalam penayangan berita pornografi dan kekerasan. Hal ini bertujuan agar produk-produk yang dihasilkan selalu memenuhi standar dan etika profesi.

Mereka juga sepakat untuk mengintensifkan komunikasi dan saling mengingatkan satu sama lain jika ada produk-produk jurnalistik dari stasiun televisi mana pun yang dianggap menyalahi standar dan etika jurnalistik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kesepakatan ini muncul dalam diskusi santai antar pimpinan redaksi televisi nasional di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (25/6) sebagaimana yang termaktub dalam keterangan tertulis Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Jumat (26/6).

Diskusi untuk introspeksi dan menggalang komitmen mewujudkan konten yang sehat ini digagas oleh IJTI. Diskusi dihadiri  Arief Suditomo (Direktur Program dan Pemberitaan Sun TV Network dan Pemred RCTI), Boy Cakraningrat (Manajer Peliputan Sun TV Network), Titin Rosmasari (Pemred Trans7), Gatot Triyanto (Pemred Trans TV), Putra Nababan (Wapimpred RCTI), Gafar Yudtadi (Pemred Indosiar), Joko Sulistio (Koordinator Peliputan Indosiar), Ahmad Al-Hafiz (Manajer Peliputan TPI) dan Sianne Indriyani (Pemred Global TV). Sementara Wapemred Metro TV, Makroen Sanjaya dan GM News, TVOne Totok Suryanto tidak hadir secara langsung, namun mereka secara aktif mengikuti diskusi secara teleconference.

Para peserta diskusi sependapat. kian kerasnya kompetisi antara stasiun televisi, termasuk dalam hal pemberitaan sering berimplikasi pada menurunnya kualitas pemberitaan. Karena harus mengutamakan kecepatan, siaran live dan menarik perhatian pemirsa, kadangkala ada yang lengah dan menabrak aturan standar maupun etika jurnalistik, termasuk dalam pemberitaan mengenai isu pornografi dan kekerasan.

Persaingan tidak sehat antar jurnalis di lapangan muncul dan berakibat pada kian lunturnya solidaritas profesi. Oleh sebab itu, mereka sepakat membangun dan menjaga komunikasi dan kesepahaman antara para pimpinan newsroom bahwa persaingan dalam pemberitaan harus tetap berada dalam koridor standar dan etika profesi.

Ujung dari persaingan itu adalah tanggungjawab kepada publik. Mereka sependapat bahwa tekanan dari industri, terutama tekanan untuk meraih rating tinggi merupakan fakta riil yang dialami oleh ruang newsroom. Namun, mereka juga sependapat bahwa meskipun ada tekanan, tetap ada ruang-ruang yang memungkinkan awak redaksi untuk tetap profesional dan menaati standar dan etika jurnalistik.

Dalam diskusi ini, para pemimpin redaksi televisi nasional juga menyampaikan keprihatinan mereka terhadap penyamarataan produk-produk jurnalistik yang mereka hasilkan dengan produk infotainment yang notabene diproduksi dengan standar hiburan, bukan mengacu pada standar dan etika jurnalistik.

Oleh sebab itu, selain bersepakat untuk mengintensifkan pengawasan pada penerapan standar dan etika profesi, mereka juga sepakat untuk memfasilitasi pelatihan-pelatihan jurnalistik inhouse di stasiun mereka masing-masing dengan pelatih-pelatih yang akan disediakan IJTI dan Dewan Pers.

Selain diikuti para jurnalis, di tema-tema tertentu, pelatihan ini nantinya juga akan diikuti oleh kru produksi dari masing-masing stasiun TV yang memproduksi infotainment secara inhouse. Komitmen dan langkah bersama ini diharapkan bisa mewujudkan terwujudnya konten jurnalistik yang berkualitas, beretika dan bisa dengan mudah dibedakan dengan konten-konten non jurnalistik.

dtc/ tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya