SOLOPOS.COM - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Bandoe Widiarto (kiri). (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Harga daging ayam ras dan cabai merah keriting akan disubsidi Pemkot Solo dan TPID Solo.

Solopos.com, SOLO—Pemerintah Kota bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Solo akan mengadakan operasi pasar (OP) dan pasar murah pada Senin-Selasa (29-30/1/2018).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tak hanya menyediakan komoditas pangan dengan harga murah, TIPD Solo melalui Dinas Pertanian Solo memberi subsidi Rp3.000/kg untuk penjualan daging ayam ras dan cabai merah keriting.

Asisten Pengembangan Ekonomi Setda Solo, Triyana, menyampaikan melihat perkembangan yang terjadi saat ini, Pemkot dan TPID memutuskan kembali mengadakan operasi pasar dan pasar murah untuk menjaga keterjangkauan harga.

Hal ini guna menekan laju inflasi supaya tetap terkendali. Berdasarkan pantauan pasar selama ini pasokan produk di pasar relatif cukup tapi penurunan harga beberapa komoditas lambat, bahkan tak sedikit yang masih stabil di harga tinggi.

Berkaitan dengan kondisi harga komoditas pangan tersebut, Pemkot dan TPID akan mengadakan OP pada Senin-Selasa untuk produk beras, gula pasir, cabai merah keriting, daging ayam ras, dan elpiji 3 kg.

Pelaksanaan OP ini menggandeng Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Surakarta, Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Solo, dan Perumda Pergudangan dan Aneka Usaha Pedaringan Solo.

“Ada perbedaan pada pelaksanaan OP dan pasar murah kali ini. Biasanya OP, barang dipajang di stan untuk dijual langsung ke konsumen. Namun awal pekan depan, selain menjual langsung juga menggandeng pedagang di tiga pasar, yakni Pasar Gede, Pasar Legi, dan Pasar Nusukan terutama yang menjual daging ayam ras dan cabai merah keriting dengan memberi subsidi Rp3.000/kg,” ungkap Triyana kepada wartawan di Solo Bistro, Jumat (26/1/2018).

Dagangan Laku

Pedagang digandeng supaya dagangan tetap laku. Selain itu, jika TPID melakukan pengadaan barang sendiri butuh biaya lebih untuk pengadaan dan transportasi. Hal ini juga diharapkan harga dari distributor nantinya bisa ikut turun.

Masing-masing pasar direncanakan ada dua pedagang daging ayam ras dan dua pedagang cabai merah keriting yang digandeng. Namun jika permintaan banyak, tidak menutup kemungkinan di hari kedua akan ditambah.

“Subsidi diberikan untuk 150 kg daging ayam ras dan 150 kg cabai merah keriting setiap harinya untuk tiga pasar, sehingga per pasar ada 50 kg daging ayam dan cabai. Untuk memudahkan konsumen berbelanja, nantinya pedagang yang menjadi mitra akan ada tanda yang menyatakan menjual komoditas subsidi,” terangnya.

Selama OP dan pasar murah, Bulog menyediakan beras medium dengan harga Rp9.350/kg sebanyak delapan ton, beras premium dengan harga Rp10.000/kg sebanyak 12 ton, gula pasir dua ton dijual Rp11.000/kg, minyak goreng Rp11.000/liter sebanyak 1.500 liter, dan tepung terigu sebanyak 600 kg dengan harga Rp6.500/kg.

PPI menyediakan minyak goreng 1.000 liter yang dijual Rp11.000/liter dan 150 kg daging beku dengan harga Rp85.000/kg. Perumda PAU Pedaringan menyediakan beras C4 kualitas premium dengan harga Rp11.000/kg sebanyak satu ton. Sedangkan Pertamina menyediakan 600 tabung elpiji 3 kg dengan masing-masing 100 tabung/pasar/hari seharga Rp15.500.

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dinas Perdagangan Solo, Kristiana, menyampaikan cabai merah keriting dipilih menjadi salah satu komoditas yang disubsidi karena harganya tinggi, yakni Rp32.000/kg di Pasar Legi, Rp40.000/kg di Pasar Gede, dan di Pasar Jongke Rp31.000/kg. Selain itu, selama dua bulan terakhir tercatat konsumsi cabai merah keriting merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis cabai yang lain.

Sekretaris TPID Solo, Taufik Amrozy, mengatakan mekanisme subsidi meski jumlahnya tidak besar karena kecenderungan harga daging ayam ras dan cabai saat ini menurun. Oleh karena itu, fokus pengendalian adalah beras karena memiliki bobot inflasi tinggi.

“Beras premium kali ini ditambah lebih banyak karena preferensi masyarakat lebih menginginkan beras dengan kualitas bagus,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, menyampaikan selama tiga tahun terakhir, tren inflasi di Solo terjaga, jika dibandingkan pada 2013-2014 yang mencapai lebih dari 8%.

Laju inflasi Januari 2017 tinggi karena dipengaruhi administered price atau tarif yang ditentukan pemerintah karena adanya kenaikan biaya pajak kendaraan dan angkutan udara.

Meski sejak Desember 2017, tren harga volatile food atau harga bergejolak tinggi tapi dia mengaku optimistis inflasi bulan ini lebih terkendali karena berbagai antisipasi dilakukan, seperti OP dan pasar murah.

“TPID Solo dan Pemkot sudah sepakat untuk menjaga inflasi di tahun ini 3,5% plus minus satu sehingga berbagai upaya dilakukan. namun kami juga berharap masyarakat berpartisipasi dengan bijak belanja dan tidak panic buying supaya harga tak semakin melambung,” ujaranya.

Dia menjelaskan pentingnya inflasi yang rendah untuk menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi supaya daya beli masyarakat tidak tergerus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya