SOLOPOS.COM - Trofi Adipura (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Pemkot Solo tahun ini berhasil mendapatkan penghargaan Adipura.

Solopos.com, SOLO — Kota Solo berhasil mengakhiri “puasa” Adipura, setelah 15 tahun gagal memboyong penghargaan di bidang kebersihan kota. Penghargaan Adipura Kirana 2016 kategori kota besar akan diterima Pemkot, Jumat (22/7/2016) di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan Kota Solo berhasil meraih Adipura Kirana dengan penilaian dititik beratkan pada kota yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan, pariwisata, investasi berbasis pengelolaan lingkungan hidup.

“Penghargaan Adipura atas kerja keras bersama seluruh warga di Kota Bengawan,” kata Rudy, sapaan akrabnya ketika dijumpai wartawan di rumah dinas Wali Kota Loji Grandrung, Selasa (19/7/2016).

Rudy mengemukakan pengelolaan sampah yang selama ini mengganjal dalam penilaian Adipura, tak lagi menjadi persoalan. Pembongkaran 53 tempat pembuangan sampah (TPS) dari total 58 TPS, sebagai upaya menjaga lingkungan dinilai mampu mendongkrak penilaian tim Adipura.

“Tahun ini kita akhirnya mendapat Adipura Kirana. Sejak 2001, kita tidak pernah mendapatkan Adipura itu,” kata Rudy.

Setidaknya ada empat indikator dalam penilaian Adipura untuk kategori Kota Besar, meliputi pengelolaan sampah, kebersihan dan keindahan, pencemaran udara, serta pencemaran air. Pemkot berupaya memperbaiki sejumlah indikator penilaian yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Termasuk, indikator dalam pengelolan sampah dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Contoh kasus belum rampungnya lelang pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo salah satu ganjalan Solo meraih Adipura. Hal Pengelolaan sampah TPA Putri Cempo semestinya sudah menggunakan sistem sanitary landfill, namun hingga kini masih menggunakan sistem open dupping. Menurut Rudy, jika nantinya pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) TPA Putri Cempo berjalan diyakini akan menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah di Kota Solo.

“Kami terus berupaya warga Solo sehat jasmani, lingkungan dan diwujudkan dengan program yang nyata, bukan hanya sekedar mengejar Adipura,” katanya.

Rudy mengatakan Kota Solo harus bersaing dengan kota besar lainnya seperti Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya dan lain sebagainya untuk meraih penghargaan Adipura. Pemkot akan terus memaksimalkan menjaga kebersihan lingkungan. Pihaknya merencanakan membangun IPAL yang akan menampung limbah puskesmas. Sejauh ini Puskesmas belum memiliki IPAL yang memadai.

“Kami meminta keterlibatan warga dalam menjaga lingkungan. Warga menata dan membersihkan lingkungannya masing-masing, termasuk memilah sampah organik dan nonorganik,” katanya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Solo Widdi Srihanto mengatakan BLH merancang pembangunan instalasi pengolahan limbah industri komunal.

Rancangan ini sebagai upaya untuk mengatasi persoalan limbah di Kota Bengawan. Rancangan pembangunan instalasi pengolahan limbah akan dimulai dengan memetakan kawasan pusat industri penghasil limbah. Pemetaan tersebut dibutuhkan untuk merancang pembangunan instalasi pengolah limbah komunal.

Rencananya, pemetaan kawasan industri itu akan dilakukan pada tahun depan. Selain menghitung jumlah perajin, pihaknya juga akan menyurvei lokasi yang dianggap ideal untuk membangun instalasi pengolah limbah komunal.

“Pendataan harus lengkap agar fasilitas yang dibangun nanti bisa berfungsi optimal,” kata Widdi.

Widdi mengatakan persoalan limbah masih menjadi pekerjaan rumah bagi BLH untuk diatasi. Widdi mengaku persoalan limbah menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan Solo dalam meraih Adipura.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya