SOLOPOS.COM - Kaum boro atau perantau asal Wonogiri tiba di Terminal Tipe A Giri Adipura, Kabupaten Wonogiri, Rabu (27/4/2022) malam. (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRIPemkab Wonogiri berniat menurunkan angka kaum boro alias tenaga kerja yang merantau agar bisa bekerja di tanah kelahiran. Wakil Bupati (Wabup) Wonogiri, Setyo Sukarno, menyebutkan sebanyak 35 persen masyarakat Wonogiri tergolong kaum boro.

Berdasarkan data kependudukan, jumlah total penduduk di Wonogiri pada 2021 sebanyak 1 juta orang. Artinya, ada sekitar 350.000 penduduk yang memilih bekerja di luar kota dibanding di Wonogiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ada niatan untuk menurunkan kaum boro. Pada 2020 kami sudah membuat Perda tentang tata ruang dan tata wilayah. Nah, wilayah selatan Wonogiri akan kami kembangkan menjadi kawasan industri,” kata Setyo kepada wartawan di kantor wakil bupati, Selasa (26/4/2022).

Pengembangan wilayah industri tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja di Wonogiri. Sehingga bisa menurunkan keinginan masyarakat untuk merantau ke daerah lain.

Setyo tidak menampik tingginya kaum boro di Wonogiri terkait dengan lapangan pekerjaan.

Baca Juga: Perputaran Uang di Wonogiri Banter saat Lebaran, Kaum Boro Jadi Pemicu?

“Bisa jadi, boro itu merupakan gaya hidup. Bisa saja sebenarnya mereka bisa bekerja di sini dan pendapatannya lebih banyak dari pada di rantau. Tapi mereka tetap memilih kerja di sana [luar Wonogiri] karena gengsi. Bisa jadi seperti itu,” kata dia.

Sub Koordinator Penempatan Tenaga Kerja, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Wonogiri, Joko Prihharjanto, mengatakan pada 10 tahun terakhir sudah ada beberapa perusahaan yang muncul di Wonogiri. Keberadaan perusahaan itu dinilai cukup mengurangi jumlah masyarakat yang menjadi kaum boro.

“Terutama untuk industri garmen. Sebab industri tersebut merupakan industri padat karya. Sehingga membutukan tenaga kerja yang lumayan banyak,” kata Joko saat ditemui di kantor Disnaker Wonogiri, Rabu (11/5/2022).

Menurut Joko, Disnaker Wonogiri telah berupaya menurunkan kaum boro, salah satunya mengadakan sosialisasi di sekolah dan desa-desa. Mereka menginformasikan kepada masyarakat lowongan kerja yang tersedia di Wonogiri.

Baca Juga: Warga Wonogiri Buru Perhiasan Emas Jelang Lebaran, Alasannya?

Sumber Daya Alam

Disnaker juga sempat menyelenggarakan program pelatihan keterampilan di desa-desa. Tujuannya agar masyarakat bisa memaksimalkan sumber daya alam (SDA) yang di sekitar.

“Pelatihan yang kami berikan misalnya, ada desa yang memiliki SDA singkong. Kemudian kami berikan pelatihan cara membuat gethuk. Tapi bukan gethuk tradisional seperti biasanya. Melainkan kita buat dan kemas sedemikian rupa agar memiliki nilai dan harga jual tinggi,” ujar Joko.

Program itu sedikit banyak bisa menurunkan keinginan masyarakat untuk pergi merantau. Masyarakat telah dibekali keterampilan membuka usaha sendiri di Wonogiri. Sehingga bisa menekan laju masyarakat yang pergi merantau. Sayangnya, program tersebut terhenti pada 2020 karena terkendala anggaran biaya.

Usaha menekan angka kaum boro tidak hanya menciptakan lapangan kerja di Wonogiri. Ada faktor lain yang memengaruhi masyarakat memutuskan menjadi kaum boro. Merantau sudah menjadi budaya bagi masyarkat Wonogiri.

Baca Juga: Ini Jumlah Motor yang Beredar di Wonogiri, Berapa Ya?

“Keluarga berpengaruh besar terhadap anggotanya yang memilih merantau. Biasanya, orang tua menjadi perantau, anaknya akan ikut merantau. Banyak orang yang terlebih dahulu merantau. Kemudian mengajak orang lain untuk merantau. Pun tidak sedikit yang tertarik untuk ikut merantau ” beber dia.

Gengsi

Faktor lainnya, masyarakat kerap merasa gengsi apabila bekerja di lokal Wonogiri. Hal itu karena mereka menganggap merantau lebih keren dan bergengsi dibanding bekerja di rumah.

“Walaupun di Wonogiri ada banyak lowongan pekerjaan, mereka tetap memilih untuk merantau,” ungkap Joko.

Data yang dimiliki Disnaker Wonogiri pada 2021, terdapat lowongan pekerjaan antarkerja lokal atau AKL (Wonogiri dan sekitarnya) dan antarkerja antardaerah atau AKAD (luar Jawa Tengah) dengan jumlah total 25.388. Dari jumlah tersebut, lowongan AKL sebesar 19.000 atau 75 persen dari total lowongan kerja yang ada.

Baca Juga: Gunung Api Purba Sumber Emas di Wonogiri, Ini Lokasinya

Sementara jumlah pencari kerja yang tercatat Disnaker Wonogiri hanya 12.276 orang. Masih ada sebanyak 13.112 lowongan pekerjaan yang tersisa. Padahal pencari kerja yang teserap lowongan pekerjaan AKL hanya 7.465 orang. Berarti ada 11.535 lowongan kerja AKL yang tidak ditempati masyarakat Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya