SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sragen berencana mencari sumber dana untuk membangun flyover atau jalan layang di perbatasan Pilangsari, Ngrampal, dan Pelemgadung, Karangmalang, Sragen, 2019 mendatang.

Pembangunan jalan layang tersebut membutuhkan dana mencapai Rp12 miliar. Rencana tersebut disampaikan Kepala Dinas PUPR Sragen Marija saat berbincang dengan wartawan di Gondang, Sragen, belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Marija menjelaskan flyover yang sekarang kurang kuat sehingga perlu dibangun pada tahun depan supaya akses kendaraan berat bisa lewat sana. Selama ini kendaraan berat lewat jalur kota sehingga terjadi penumpukan lalu lintas di dalam kota, terutama di perlintasan kereta api Teguhan.

“Kalau dari APBD tidak mampu. Tahun depan saja, kami hanya dapat Rp12 miliar. Dengan dana segitu hanya cukup untuk pekerjaan fisik untuk pembangunan Jembatan Bejingan, Masaran,” katanya.

Kabid Bina Marga Dinas PUPR Sragen, Sugeng Himawan, saat dihubungi Solopos.com, Senin (29/10/2018), membenarkan rencana tersebut. Dia menyampaikan detail engineering design (DED) untuk flyover Pilangsari ditargetkan selesai 2018.

Dia menjelaskan kebutuhan anggaran untuk pembangunan flyover itu memang sekitar Rp12 miliar dan mudah-mudahan tahun depan terealisasi.

“Nanti strukturnya lebih tinggi sedikit daripada yang sekarang dengan patokan jalur kereta api. Kemudian untuk tanjakannya dibuat landai seperti jalan tol. Dengan kelandaian itu kendaraan berat seperti truk bisa lewat flyover tersebut. Dananya bisa dari APBD, kabupaten/provinsi atau APBN. Yang jelas mana yang memungkinkan itu bisa terlaksana,” ujarnya.

Flyover sekarang berada di atas perkampungan, yakni Dukuh Sidomulyo, Pilangsari, Ngrampal, dan wilayah Pelemgadung di sebelah selatan perlintaran KA. Seorang warga Dukuh Sidomulyo RT 025, Pilangsari, Ngrampal, Sragen, Seno, 57, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin siang, menjelaskan flyover yang sekarang dibangun hampir bersamaan dengan pembangunan Terminal Pilangsari, yakni pada 1996 lalu.

“Seingat saya, pembangunan jalan layang dulu baru terminal. Setelah pembangunan selesai, setahun kemudian pecah reformasi. Banyak orang ke PHK [pemutusan hubungan kerja]. Saya yang sebelum ngojek di terminal jadi sepi. Kalau umurnya kan sudah 22 tahun. Kalau dibangun lagi, kami juga senang. Sebagian besar jembatannya sudah ada yang hilang dan strukturnya ada yang retak sedikit,” tambahnya.

Selama ini, para warga Sidomulyo harus melewati jalan di bawah jembatan layang itu untuk menuju ke Pilangsari. Jembatan layang itu melintas di atas jalur KA dan Dam Colo Timur yang digunakan untuk pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya