SOLOPOS.COM - Ilustrasi air PDAM (JIBI/Solopos.com/Dok.)

Pemkab Sleman menargetkan Prambanan bebas krisis air pada 2017.

Harianjogja.com, SLEMAN – Pemerintah Kabupaten Sleman menargetkan dua tahun ke depan Prambanan terbebas dari krisis air bersih. Pemerintah akan memaksimalkan penggunaan air bersih bersumber dari tiga saluran di wilayah Prambanan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketiga sistem saluran air itu yang dimaksud adalah sistem I di Dusun Bleber, Desa Sumberharjo, sistem II di Dusun Majasem, Desa Sambirejo dan Sistem III di Dusun Ngeboran, Desa Sumberharjo. Ketiga sistem ini dibangun pada 2006. Masing-masing memiliki sumur induk hasil pengeboran sebagai sumbernya. Air diangkat ke reservoar di berbagai titik pada perbukitan untuk disalurkan ke warga memakai gaya gravitasi. Sebelumnya proses pengangkatan memakai diesel kemudian pada 2013 dikonversi ke listrik.

Camat Prambanan Abu Bakar menjelaskan, pihaknya mulai memaksimalkan beroperasinya tiga saluran air bersih bagi seluruh warga Prambanan. Sehingga angka bantuan air bersih mulai dapat dikurangi. Jika tahun lalu bantuan air diberikan pada 22 dusun, tapi tahun ini berkurang menjadi 13 titik di sembilan dusun karena yang lain telah dapat dialiri saluran tersebut.

“Target kami pada 2017 mendatang Prambanan tidak lagi didropping air. Tahun ini tiga sistem saluran air dimaksimalkan operasionalnya,” ungkapnya Kamis (20/8/2015).

Bantuan air bersih di Prambanan tahun ini diprioritaskan di wilayah yang belum tersentuh jaringan pipa air ketiga saluran itu. Serta wilayah yang sudah teraliri pipa namun saat ini mengalami kerusakan tetap diberikan bantuan. Proses perbaikan tengah dilakukan pihak pengelola organisasi pemakai air. Selain itu menunggu bantuan dari Provinsi DIY terkait perbaikan kerusakan pipa yang tergolong berat.

Pengurus Organisasi Petani Pemakai Air (OPPA) Prambanan Mujimin menilai rencana pemerintah membebaskan Prambanan dari krisis air bersih bisa diwujudkan. Alasannya, dari sisi debit, ketiga sumber air masing-masing mampu mengeluarkan debit 11 liter per detiknya. Debit itu dinilai lebih dari cukup jika penampungan air dan saluran ke rumah warga terus di tambah. “Jika perbaikan dan penambahan saluran diupayakan, bebas dari krisis air 2017 bisa tercapai,” tegasnya.

Tiga saluran itu, kata dia, mampu mencukupi kebutuhan air seluruh warga perbukitan Prambanan terdiri atas 5.500 KK. Terdiri atas Sumberharjo 800 KK, Sambirejo 1.700 KK, Bokoharjo 200 KK, Wukirharjo 1.200 KK dan Gayamharjo terdapat 1.300 KK.

Sementara itu di Glagaharjo Cangkringan, jika tahun sebelumnya mengalami krisis air, tahun 2015 mengalami surplus. Kepala Desa Glagaharjo Suroto mengatakan, sumber mata air bebeng justru mengalami peningkatan debitnya di saat memasuki musim kemarau. Pasca erupsi merapi 2010 warganya memang kesulitan air bersih karena sumber air bebeng tertutup material. “Tahun ini mengalami peningkatan dari 12 liter per detik menjadi 22 liter per detik,” kata dia.

Warga berusaha membuka material yang menutup sumber air tersebut. Sehingga mata air kini mulai normal. “Saat ini ada 3.500 KK yang teraliri dari bebeng termasuk beberapa warga Klaten,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya