SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, PONOROGO – Pemerintah Kabupaten Ponorogo menggelar tradisi bedol pusaka sebagai bentuk pengingat sejarah perjalanan Kabupaten Ponorogo, Jumat (30/8/2019) malam.

Tradisi bedol pusaka ini dilakukan sehari sebelum peringatan malam Tahun Baru Islam tanggal 1 Muharram atau malam 1 Sura. Pada Jumat malam menjadi puncak tradisi ini pada tahun 2019. Tradisi ini juga sekaligus untuk memperingati HUT ke-523 Kabupaten Ponorogo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ratusan orang melakukan prosesi bedol pusaka. Ada tiga pusaka yang dibawa yaitu Sabuk Cinde Puspito, Payung Songgong Tunggul Wulung, dan Tombak Tunggul Nogo.

 Prosesi bedol pusaka untuk memperingati malam 1 Sura, Jumat (30/8/2019) malam. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Ketiga pusaka itu diambil dari rumah dinas Bupati Ponorogo, kemudian dilakukan sejumlah prosesi. Tiga benda pusaka itu selanjutnya diarak sampai ke kota lama dengan jarak tempuh sekitar 5 km.

Dalam prosesi kirab itu, seluruh pengiring pusaka harus hening dan tidak ada yang bersuara. Mereka juga tidak mengenakan alas kaki serta tidak ada lampu yang dinyalakan.

Selama perjalanan, para prajurit yang mengawal tiga pusaka ini juga membakar dupa.

Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, menjelaskan bedol pusaka sudah menjadi tradisi yang digelar setiap suroan atau peringatan Tahun Baru Islam. Ada tiga pusaka yang dibedol ke kota lama.

Dalam catatan sejarah, kata Ipong, ibu kota Kabupaten Ponorogo pada tahun 1496 berpusat di Pasar Pon atau kota lama. Kemudian pindah ke pusat kota yang baru sekitar 1837.

“Kirab ini adalah kirab pusaka, di mana kita tahu bahwa Kabupaten Ponorogo itu dahulu berdirinya di timur. Kemudian tahun 1837 dipindah ke sini,” ujarnya.

  Bupati Pononorogo, Ipong Muchlissoni, menyampaikan sambutan saat prosesi bedol pusaka, Jumat (30/8/2019) malam.  (Madiunpos.com-Abdul Jalil)

Tiga pusaka ini diboyong ke Kota Lama untuk semalam, setelah itu pada sore harinya dibawa kembali ke Pringgitan atau rumah dinas bupati lagi.

Menurut Ipong, kegiatan ini sebagai tanda untuk mengingatkan warga Ponorogo tentang sejarah kampung halamannya.

“Itu yang mengingatkan bahwa kota lama pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo. Tradisi bedol pusaka untuk napak tilas yang menggambarkan sejarah perjalanan Ponorogo,” terang Ipong.

Dia berharap pada tahun baru Islam ini, masyarakat Ponorogo bisa mendapatkan rezeki lebih banyak dan memperoleh kesehatan yang lebih baik.

“Tahun 2019 ini kita ketahui sebagai tahun politik dan alhamdulillah kita bisa melewatinya. Mudah-mudahan di tahun depan bisa lebih baik lagi apa yang kita dapatkan. Allah sayang dan cinta kepada kita. Masyarakat Ponorogo selalu bahagia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya