SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pemkab Gunungkidul mengupayakan diversifikasi wisata.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pantai masih menjadi objek wisata yang dituju sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul. Untuk menyiasati pemerataan persebaran wisatawan, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat melakukan upaya diversifikasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Kabupaten Gunungkidul, Harry Sukmono yang dijumpai Jumat (21/8/2015) mengungkapkan bahwa upaya diversifikasi tadi dilakukan dengan cara membentuk potensi daya tarik baru agar wisatawan bukan hanya ke pantai, melainkan ke objek lain non pantai, seperti misalnya goa, air terjun hingga embung.

Pasalnya, diversifikasi ini nantinya bukan hanya memeratakan persebaran wisatawan ke titik objek yang sudah diatur dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA), melainkan juga diharapkan berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar objek tersebut. Karena dalam Ripparda Kabupaten Gunungkidul sendiri, pengembangan kepariwisataan di daerah memberikan tempat bagi peran masyarakat sebagai bentuk pemberdayaan demi kesejahteraan.

Disinggung kehadiran Embung Nglanggeran, Embung Batara Sriten dan Embung Gunung Panggung, Harry menyebutkan, kehadiran embung sebagai diversifikasi objek wisata juga sudah diatur dalam RIPPARDA. Misalnya saja Embung Sriten di Pilangrejo, Nglipar sinergis dengan Gunung Gambar, Wonosadi, Green Village, Gedangsari, Pusat Kerajinan Batik, Tancep. Di mana kawasan ini masuk dalam dalam Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) 6 RIPPARDA dengan titik Semin, Gedangsari, Nglipar, Ngawen.

Meski demikian, untuk wisata embung, khususnya Nglanggeran dan Sriten, Disbudpar masih memiliki sejumlah catatan. Untuk akses menuju Embung Sriten, sarana dan prasarana masih sulit, terutama untuk kendaraan besar. Akibat rute dan geografis, serta minimnya tempat parkir.

Selain itu, aktivitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat belum benar-benar mengoptimalkan kehadiran embung dan konsep kepariwisataan yang bisa dikembangkan di wilayah setempat.

“Kami sudah berkomunikasi dengan Pemdes, tapi masih belum sepenuhnya paham seperti apa Pokdarwis di sana, aktivitas masyarakatnya, walau memang banyak kelompok tani yang tumbuh di sana. Ini tugas kami juga untuk mengangkat kelompok ini bukan sekedar sebagai kelompok tani, melainkan kelompok yang sadar akan kepariwisataan,” paparnya.

Sedangkan Embung Nglanggeran, kendala saat ini ialah minimnya lokasi parkir dan masih perlu ditingkatkannya fasilitas pendukung pariwisata.

“Sudah mulai muncul lapak-lapak liar, kami sadari mereka muncul di lahan milik pribadi, namun sayangnya, tidak sesuai dengan karakter bangunan dan embung. Kami sudah sediakan lokasi berjualan di sekitar embung, namun banyak dari mereka menolak menggunakannya dan memilih mendirikan lapak sendiri,” lanjut Harry.

Sehingga saat ini, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Embung Nglanggeran, misalnya, pihaknya akan menambah rambu menuju objek serta membangun sekretariat informasi yang akan ‘menangkap’ kedatangan wisatawan yang datang ke Gunungkidul lewat Patuk.

Sriten Belum Direkomendasikan

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Eli Martono menambahkan, untuk Embung Sriten, pihaknya secara terbuka mengatakan bahwa embung tersebut belum direkomendasikan sebagai daya tarik wisata Kabupaten Gunungkidul ketimbang Embung Nglanggeran.

Pasalnya, meskipun dua embung ini memiliki daya tarik luar biasa bagi wisatawan, dibandingkan Embung Nglanggeran, di Embung Sriten masih terdapat sejumlah keterbatasan sarana dan prasarana. Selain itu akses yang terbilang cukup berbahaya bagi wisatawan, terutama untuk pengguna kendaraan besar ketika berpapasan di jalan menuju dan meninggalkan Embung Sriten.

“Kami amat mempertimbangkan kesiapan aksesibilitas, kesiapan, dan sarana prasaran pariwisata di tiap objek wisata,” urainya.

Embung Nglanggeran, imbuhnya memiliki pemandangan bagus dengan latar Gunung Purba Nglanggeran. Sementara Embung Sriten diyakini sebagai puncak tertinggi Gunungkidul yang mampu menyuguhkan pemandangan Kabupaten Gunungkidul dari segala penjuru terlihat dari atas.

Salah satu wisatawan asal Madiun, Tami mengungkapkan bahwa Embung Nglanggeran merupakan lokasi wisata yang menyuguhkan pemandangan indah yang mampu mengurangi penat selama ia beraktivitas padat.

“Tapi memang perlu ditambah warungnya ya, supaya mempermudah untuk mencari minum atau makanan apabila tidak membawa bekal saat di embung,” ucapnya.

Sementara Christi, pengunjung Embung Sriten asal Jogja sedikit mengeluhkan akses menuju Embung Sriten yang amat menanjak dan curam.

“Akses jalannya masih sangat memperihatinkan, banyak tikungan dan tanjakan terjal. Jadi kalau kesana memang harus lihai berkendara,” ungkapnya.

Namun, menurutnya, perjuangan menempuh perjalanan akan terbayar ketika sampai di embung, selain tersuguh pemandangan indah, wisatawan dimanjakan dengan hawa sejuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya