SOLOPOS.COM - Suasana pengungsian yang dibikin swadaya oleh warga Balerante, Kemalang, Klaten. Balerante merupakan kawasan rawan bencana Merapi. (Solopos-Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, BOYOLALI-- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali tengah melakukan kajian mengenai status siaga darurat Gunung Merapi.

Pemkab Boyolali akan terus berkoordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sekda Kabupaten Boyolali, Masruri, mengatakan status siaga darurat bencana Gunung Merapi di Boyolali, ada kemungkinan akan diperpanjang. Diketahui Bupati Boyolali sebelumnya mengeluarkan pernyataan status siaga darurat bencana Gunung Merapi hingga akhir Desember 2020.

Kendaraan Luar Daerah Disekat di Lima Pintu Masuk Sukoharjo, Penumpang Wajib Rapid Test

"Untuk Magelang dan Sleman sepertinya diperpanjang, Boyolali juga akan diperpanjang. Tapi sampai kapan, saat ini masih kami kaji," kata Masruri belum lama ini.

Dia mengatakan perpanjangan status tersebut akan melihat kondisi di lapangan dan informasi aktivitas Gunung Merapi. Untuk itu pihaknya terus berkoordinasi dengan BPPTKG. Menurutnya pernyatan status siaga bencana itu dibutuhkan sebagai langkah penanganan ketika muncul bencana. Salah satunya untuk penanganan pengungsi dan sebagainya.

Kembali ke Rumah

Sejak adanya status siaga bencana pada November lalu, sudah ada sejumlah warga yang dievakuasi di tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) di tiga desa di kawasan rawan bencana (KRB) III di Kecamatan Selo, yakni Desa Tlogolele, Klakah dan Jrakah.

Hanya untuk kondisi saat ini sudah ada beberapa pengungsi yang kembali ke rumahnya. Menurut Masruri, hal itu bisa saja terjadi karena waktu pengungsian yang sudah terlalu lama, sehingga menimbulkan kejenuhan.

Namun dia mengatakan baik sukarelawan hingga lokasi pengungsian masih disiapsiagakan.

Beda Kehilangan Penciuman karena Covid-19 dan Flu Biasa

Sebelumnya, Kepala Desa Klakah, Marwoto, mengatakan sebagian warga yang mengungsi sudah menunjukkan adanya kejenuhan.

"Kondisi di pengungsian naik turun [jumlah pengungsi]. Pengungsi tidak betah, banyak yang izin pulang. Kondisi kalau siang kebanyakan anak-anak [yang berada di pengungsian]. Remaja kalau sore turun [ke TPPS] karena memang ada jadwal piket," kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (19/12/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya