SOLOPOS.COM - Petugas DLH Solo memindahkan pohon yang terdampak flyover Purwosari di Jl. Slamet Riyadi, Kerten, Laweyan, Senin (13/1/2020). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo tak jadi menebang namun memindahkan 377 pohon yang terdampak pembangunan flyover Purwosari.

Kendati begitu, berdasarkan pantauan Solopos.com di lokasi, deretan pohon turus jalan itu dipangkas. Percabangannya habis hingga menyisakan batang setinggi satu hingga tiga meter dari permukaan tanah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jenis pohon yang dipindahkan itu di antaranya glodokan, angsana, asam kranji, ketapang, tanjung, bungur, dan ketapang kencana.

Pegiat Forum Solo Hijau, Mayor Haristanto, menyayangkan pendeknya batang yang tersisa pada pohon yang dipindahkan itu.

“Saya sedikit kecewa. Memang saya tahu prosesnya seperti itu, tapi yang saya sayangkan kok tingginya tinggal satu meter. Tidak ideal. Bayangan saya ya masih tiga atau empat meter," jelas Mayor kepada Solopos.com, Senin (13/1/2020).

Mayor mengapresiasi niat Pemkot Solo memindahkan pohon itu dan bukannya menebangnya. Namun dia khawatir jika pohon yang dipindah itu tinggal setinggi 1-3 meter akan butuh waktu lama untuk mencapai tinggi seperti sebelum dipindahkan.

Ratusan Orang Inden Durian Pogog Wonogiri, Petani Batasi Kuota Pemesanan

"Itu kan seperti meninggalkan bonggolnya saja. Semoga sisa-sisa yang belum terpotong masih bisa diperbaiki, minimal tiga meter lah, yang ideal,” kata dia.

Kepala DLH Kota Solo, Gatot Sutanto, mengatakan pemangkasan cabang tersebut merupakan bagian dari proses pemindahan. Tinggi batang yang sengaja ditinggalkan memang berukuran satu hingga dua meter.

“Dipangkas tidak sampai bawah atau ngepok. Jadi ada ketinggian tertentu, yang memangkas memang dari pihak PT Wijaya Karya (Persero) sesuai arahan kami, sesuai tanda pita yang kami ikat di pohon. Tidak sampai leher akar. Jadi dari tanah ada batang bervariasi sampai tiga meter tergantung tinggi pohon. Kecuali kalau dipotong mepet tanah itu bisa disebut dipotong atau ditebang,” kata dia kepada Solopos.com, Senin.

Gatot menyampaikan pemindahan pohon tersebut dilakukan bertahap menyesuaikan lokasi, jenis, dan ukuran pohon. Menurutnya, tanaman perdu dan pohon berukuran kecil sudah lebih dulu dipindah.

“Teknisnya, pohon yang mau diputar perlu dipangkas atau dirempel terlebih dahulu. Salah satu fungsinya untuk mengurangi evaporasi. Kemudian sebelum dibongkar akarnya, tanahnya dibasahi dahulu,” jelasnya.

Ia menjelaskan sebelum pohon dipindah, akarnya diolesi hormon penumbuh akar kemudian dibungkus karung. Baru setelahnya diangkut dan ditanam di lokasi baru.

Eks Karyawan BKK di Wonogiri Korupsi Rp2,7 Miliar, Alasannya Untuk Digandakan ke Dukun

Di lokasi baru itulah, pohon diperlakukan seperti bayi. Petugas harus merawatnya setiap hari.

Lokasi sementara pohon-pohon itu ditanam di Taman Balekambang. DLH memilih tempat yang teduh untuk menampung pohon-pohon pindahan itu.

DLH juga menawarkan kepada mahasiswa untuk ikut merawat pohon-pohon itu. "Perlakuan berbeda untuk tanaman besar, beringin misalnya, itu sudah kami rempel sepekan lalu. Sampai sekarang belum dipindah, masih menunggu. Pemindahan pohon lain juga menunggu waktu yang pas,” kata dia.

Gatot mengatakan alasan pemangkasan batang hingga hanya menyisakan satu meter sampai tiga meter adalah kerawanan tumbang. Menurutnya, saat pohon tersebut dipindah ke lokasi baru, akar tunjangnya sudah tidak ada sehingga rawan tumbang.

Selain itu, untuk mempermudah pengangkutan atau transportasinya. “Jadi biar masyarakat juga tahu kenapa kok ada yang pendek, sedang, ada yang tinggi. Kami melihat kesehatan tanaman dan jenis tanaman. Itu beda-beda,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya