SOLOPOS.COM - Aung San Suu Kyi

Aung San Suu Kyi (google img)

YANGON--Pemimpin prodemokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, Jumat (30/3/2012), mengatakan, pemilu parelemen di Myanmar tidak akan “benar-benar bebas dan adil. Peraih Nobel Perdamaian yang menghabiskan waktu sebagian besar 22 tahun terakhir sebagai tahanan politik ini mengeluhkan serangkaian masalah, termasuk sangat banyaknya kasus intimidasi dan serta vandalisme terhadap papan-papan kampanye.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya tak berpikir kita bisa menganggapnya sebagai pemilu yang bebas dan adil,” ujar Suu Kyi dalam konferensi pers menjelang pemungutan suara pada Minggu (1/4/2012), seperti dilansir yahoonews.

Dengan 45 kursi yang diperebutkan dalam pemilu sela kali ini, seandainya menyapu bersih suara, posisi Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), tidak akan cukup untuk menandingi posisi mayoritas partai yang berkuasa.

“Meskipun kami menyadari, bahkan di negara dengan demokrasi yang mapan pun ada penyimpangan dan pelanggaran ringan saat pemilu, tapi apa yang telah terjadi di negeri ini benar-benar tidak dapat dinyatakan sebagai pemilu demokratis,” tambahnya.

Suu Kyi tampak menyuarakan nada kehati-hatian menyusul tawaran “kebebasan” bagi dirinya untuk ambil bagian dalam memperebutkan kursi di parlemen. “Tetap saja, kami akan maju karena kami pikir inilah yang diingkan rakyat untuk kami lakukan,” tandasnya.

Dikatakannya, pemilu kali ini telah meningkatkan minat masyarakat terhadap politik di negara yang dulu dikenal sebagai Burma dan selama puluhan tahun berada di bawah kekuasan militer tersebut. “Adanya peningkatan kesdaran politik rakyat, itulah yang kami anggap sebagai kemenangan terbesar kami. Kami sam sekali tidak menyesal telah ambil bagian,” tuturnya.

Pemilu kali ini merupakan kali pertama bagi Suu Kyi untuk berpeluang mendapatkan kursi di parlemen, dan dirinya telah menarik banyak dukungan selama kampanye. Pemilu tahun lalu yang merupakan bentuk peralihan dari kepemimpinan militer ke sipil, banyak dituding hanya sebagai kedok junta dan LND memutuskan tak ambil bagian sebagai bentuk protes.

Dalam pemilu parlemen kali ini, para ahli percaya, rezim menginginkan Suu Kyi untuk memenangkan kursi di parlemen yang didominasi militer dan sekutu politik rezim. Hal itu diharapkan bis amemuluskan upaya rezim untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak luar dan mendorong pencabutan sanksi-sanksi Barat.

Namun Suu Kyu menegaskan, dirinya tak berencana menerima tawaran posisi sebagai menteri di pemerintahan yang didukung militer kali ini. “Saya tidak punya niat untuk meninggalkan parlemen setelah saya berusaha begitu keras untuk masuk ke dalamnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya