SOLOPOS.COM - Petugas tengah memasang baliho sosialisasi Pemilu 2014 di dekat Alun-alun Sukohgarjo beberapa waktu lalu. Salah satu survei menyebutkan Partai Demokrat masih memiliki peluang besar untuk memenangi Pemilu 2014 meski kinerja pemerintahannya sekarang banyak dikritik. (JIBI/SOLOPOS/Iskandar)

Petugas tengah memasang baliho sosialisasi Pemilu 2014 di dekat Alun-alun Sukohgarjo beberapa waktu lalu. Salah satu survei menyebutkan Partai Demokrat masih memiliki peluang besar untuk memenangi Pemilu 2014 meski kinerja pemerintahannya sekarang banyak dikritik. (JIBI/SOLOPOS/Iskandar)

JAKARTA — Partai Demokrat dinilai akan keluar sebagai pemenang bila Pemilu Legislatif dilaksanakan saat ini meski kinerja pemerintahan Presiden SBY ditanggapi dengan ekspresi keraguan. Demikian hasil survei yang dilaksanakan Prisma Resource Center-LP3ES selama Agustus- September 2012, yang dirilis di Jakarta, Minggu (21/10/2012).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Responden survei itu menunjukkan bahwa Partai Demokrat berada di tempat teratas dengan raihan 12%, diikuti Partai Golkar dengan 10,8%, PDI Perjuangan 9,4%, lalu Partai Gerindra dengan raihan 4,8%. Berada di peringakt berikutnya PKS dengan 4,5% suara, PKB dengan raihan suara 3,5%, Partai NasDem dengan 2,5%, lalu PAN dengan 1,6%.

“Jawaban dari mereka yang telah menetapkan pilihannya sebagian besar terdistribusi pada partai politik papan atas yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PDI Perjuangan,” kata Peneliti Prisma Resource Center, Rahadi T. Wiratama. Sebanyak 22,2% responden masih merahasiakan pilihan, 20,2% tidak tahu atau tak menjawab, dan 4% memilih tak ikut memilih. “Jenis jawaban ini besarnya lebih dari 40% persen. Fenomena ini dapat dibaca sebagai swing voters. Perkembangan pilihan mereka tergantung dinamika politik ke depan,” kata Rahadi.

Di luar dugaan, saat para responden ditanyai soal kinerja kepemimpinan Presiden SBY, sebanyak 38,4% responden menjawab kinerjanya biasa saja, relatif sama dengan 38,5% responden lainnya yang menyatakan rasa tak puas dengan kinerja presiden. Sedangkan yang mengapresiasi positif kinerja kepemimpinan Presiden SBY hanyalah 18,3 persen saja.

“Kinerja Pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden SBY ditanggapi dengan ekspresi keraguan,” ujarnya.

Survei itu memiliki 2.300 responden yang tersebar di 33 provinsi. Penentuan jumlah responden adalah secara proporsional dengan mengacu pada jumlah penduduk dewasa di seluruh tanah air.

Penentuan wilayah pada masing-masing provinsi dilakukan dengan mengacu pada daerah pemilihan (dapil), lalu dilanjutkan pada pemilihan tingkat kelurahan/desa, RW, RT, hingga rumah tangga. Proses penentuan dilakukan dengan memakai metoda acak bertingkat, atau multistage sampling, berusia di atas 17 tahun.

Para responden terpilih diwawancara secara tatap muka, dimana 50 persen diantaranya adalah perempuan.

Survei ini diperkirakan memiliki margin of error 2,1% pada tingkat kepercayaan 95%.

Ditemukan juga bahwa media massa yang digunakan para responden untuk mendapatkan informasi paling banyak adalah televisi, jumlahnya 83,4%. Selanjutnya surat kabar 5,4%, radio 2,1% per, internet 1,2% majalah 0,5%, dan tabloid 0,2%.

Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustopa, Wakil Sekjen Partai Golkar Nurul Arifin dan J. Kritiadi peneliti CSIS hadir sebagai narasumber menanggapi hasil survei tersebut.

Menurut Saan, mengingat rendahnya ketidakpercayaan publik pada parpol maka semua parpol harus bekerja meraih kembali kepercayaan publik. Menurunnya, suara Partai Demokrat tidak membawa manfaat pada partai lain dan hal itu merupakan bentuk ketidakpercayaan kepada partai politik.

“Dari hasil survei ini, hampir 9% pemilih PD meninggalkan kami. Kami melihat bahwa ini belum bisa diambil partai lain. Karena partai lain juga mengalami penurunan tapi hanya semakin menambah suara swing voters,” kata Saan.

Menurunnya suara PD tak memberi manfaat elektoral pada partai lain. Yang muncul adalah swing voters. Itupun belum bisa kita simpulkan dia akan lari kemana karena mereka sangat tergantung dinamika, ujarnya.

Namun demikian yang pasti, kata Saan, swing voters tinggi karena keraguan ke parpol sehingga parpol terpacu untuk bekerja lebih keras. Kalau ketidakpercayaan publik pada parpol dibiarkan, dan parpol tak perbaiki dirinya, maka kepercayaan publik akan terus tergerus, ujarnya. Padahal, bagaimanapun demokrasi tak mungkin berkembang tanpa parpol, kata Saan.

“Buat kami dari PD, yang sedang dirundung masalah, hasil survei ini masih menunjukkan ada apresiasi kepada PD. Tinggal bagaimana kami meningkatkan tingkat kekecewaan ke PD bisa dipulihkan, katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya