SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, </b><b>CARACAS</b><b> &ndash; </b>Pemerintah Venezuela berpendapat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melebih-lebihkan krisis imigran di negaranya akibat hiperinflasi. Menurut mereka, pernyataan itu dikeluarkan untuk membenarkan intervensi internasional.</p><p lang="zxx">Wakil Presiden Venezuela, Delcy Rodriguez, mengatakan, pemerintah keberatan dengan pernuataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang menyebut migrasi warganya sebagai akibat bagi krisis kemanusiaan. Dikutip dari <i>Straits Times, </i><span>Jumat (7/9/2018), PBB menyebut sekitar 1,6 juta orang Venezuela melarikan diri ke negara tetangga karena tidak tahan hidup di negara yang terlilit krisis ekonomi.</span></p><p lang="zxx"><span>Warga <a href="http://news.solopos.com/read/20180903/497/937654/imbas-krisis-venezuela-bajak-laut-berkeliaran">Venezuela</a> berbondong-bondong pindah mencari kehidupan yang lebih baik di sejumlah negara tetangga. Akibatnya, negara-negara seperti Kolombia, Brasil, Ekuador, dan Peru, yang didatangi warga Venezuela berada di bawah tekanan. </span></p><p lang="zxx"><span>Menurut Delcy Rodriguez, jumlah warga Venezuela yang bermigrasi ke negara tetangga masih terhitung normal. Dia memang tidak menyebutkan secara terperinci berapa jumlah warga Venezuela yang migrasi. Namun, dalam laporan PBB tercatat sebanyak 2,3 juta orang telah meninggalkan Venezuela guna mencari kehidupan yang layak sejak 2014 silam. </span></p><p><span lang="zxx"><span>Data terbaru dari PBB menunjukkan jumlah warga <a href="http://news.solopos.com/read/20180824/497/935850/warga-venezuela-makan-daging-busuk-sampai-jadi-psk-demi-bertahan-hidup">Venezuela</a> yang bermigrasi semakin banyak seiring dengan hiperinflasi. Perwakilan dari 11 negara di Amerika Selatan sampai mengadakan pertemuan di Quito, Ekuador, untuk membahas krisis ekonomi di Venezuela. Dalam pertemuan itu mereka sepakat berupaya melindungi warga Venezuela yang hijrah. </span></span></p><p lang="zxx"><span>Kehidupan di Venezuela sangat memprihatinkan sejak terjadinya krisis ekonomi akibat jatuhnya harga minyak mentah. Mata uang Venezuela, Bolivar, seolah tidak ada nilainya. Semua harga barang di Venezuela sangat mahal sehingga membuat rakyat tercekik. Bahkan, beberapa di antara mereka terpaksa melakukan jual beli dengan sistem barter. </span></p><p lang="zxx" align="left"><span>Sejumlah wanita di <a href="http://news.solopos.com/read/20180705/497/925991/balik-primitif-warga-venezuela-hidup-dengan-sistem-barter">Venezuela</a> yang terkenal cantik jelita memilih pindah ke negara tetangga, salah satunya Kolombia. Di sana, mereka bekerja sebagai pekerja seks komersial untuk menyambung hidup. Sementara warga yang bertahan di Venezuela sampai harus makan daging busuk karena tingginya harga bahan pokok. </span></p>

Promosi Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan 1.000 Paket Sembako di Bali

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya