SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta — Pemerintah menyatakan tak mau didikte oleh Greenpeace selaku LSM internasional, terkait desakan Greenpeace agar pemerintah Indonesia membatalkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah tak perlu diajari cara menjaga keutuhan lingkungan. Pemerintah menyatakan sudah sangat komit untuk menjaga lingkungan dengan baik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Yang tahu itukan kita. Kita ga usah diajarilah yang berkaitan dengan lingkungan. Presiden sudah bicara banyak soal lingkungan, dan kita sangat komit soal itu. Bahkan kita secara sukarela akan menurunkan emisi kita sampai 26%,” ujar Hatta saat ditemui di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (19/10).

Seperti diketahui Greenpeace mendesak pemerintah membatalkan pembangunan PLTU karena energi batubara merusak lingkungan. Padahal pemerintah saat ini sedang membangun proyek pembangkit listrik 10 ribu Megawatt yang kebanyakan pembangkitnya bertenaga batubara untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri.

“Tak usahlah diajari mana yang merusak lingkungan dan mana yang tidak,” tegas Hatta.

Greenpeace mendesak pemerintah membatalkan pembangunan PLTU. Desakan itu disampaikan bersamaan dengan peluncuran laporan “Batubara mematikan: Biaya tinggi untuk batubara murah, bagaimana rakyat Indonesia membayar mahal untuk bahanbakar terkotor di dunia.”

Bersamaan dengan peluncuran laporan tersebut, para nelayan dari desa Waruwudur bersama dengan para aktivis Greenpeace melumuri diri mereka dengan debu ‘batubara’, membentangkan spanduk bertuliskan ‘batubara mematikan’ di atas perahu-perahu nelayan di depan PLTU bertenaga batubara di Cirebon.

“Polusi udara dari pembakaran batubara merusak mata pencaharian, menurunkan panen dan memberi dampak buruk pada tangkapan ikan dan secara perlahan membunuh masyarakat. Batubara adalah kutukan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar tambang batubara dan di bawah bayang-bayang PLTU bertenaga batubara. Membakar batubara juga mempercepat perubahan iklim yang akan berdampak pada masyarakat seluruh negeri. Indonesia adalah termasuk negara yang paling rentan dan yang paling tidak siap dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Arif Fiyanto, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara.

Indonesia saat ini merupakan negara produsen batubara terbesar kelima di dunia dan merupakan eksportir  batubara kedua terbesar di dunia. Greenpeace menyebutkan, bukti-bukti kuat akibat serius dari penggunaan batubara jelas terlihat pada provinsi-provinsi penghasil batubara di Indonesia.

Saat ini, Indonesia berencana untuk meningkatkan pembangkitan listrik dari batubara sebesar 34,4% pada tahun 2025. Rencana ini adalah bagian dari usaha mengurangi penggunaan minyak bumi dan bergeser ke batubara dan gas, dengan target 10.000 MW dari batubara.

Tapi melalui program awal yang seharusnya dicapai pada tahun 2009 dengan rampungnya 35 PLTU bertenaga batubara – 10 diantaranya di Pulau Jawa, dan selebihnya di pulau-pulau lain – kurang dari 60% dari target ini telah tercapai.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya