SOLOPOS.COM - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. (Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. (Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

JAKARTA — Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku kesulitan memberikan jaminan keamanan bagi umat Islam Syiah jika mereka memaksakan diri bertahan di Sampang, Pulau Madura. Pemerintah pusat cenderung bersepakat dengan Pemprov Jatim maupun Pemkab Sampang yang memindahkan warga Syiah dari pengungsian di GOR Sampang ke lokasi lain yang jauh dari kampung halaman mereka.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Sinyal itu dikemukakan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi saat ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (20/6/2013). Menurutnya pemerintah dan polisi kesulitan memberikan jaminan keamanan bagi para pengungsi jika mereka memutuskan kembali ke daerah asal. “Itu [langkah Pemprov Jatim dan Pemkab Sampang memindahkan mereka dari kampung halaman] yang paling aman. Kalau kami maunya kembali ke situ. Tapi kalau terjadi lagi, nanti pemerintah yang disalahkan,” katanya.
Dia menjelaskan Pemprov Jawa Timur menyediakan 70 rumah sebagai tujuan relokasi. Kabag Humas Pemkab Sampang, Heri Setiono, di Sampang, Kamis, menjelaskan pihaknya telah menyediakan enam mobil untuk mengangkut para pengungsi itu, termasuk satu bus milik Pemkab Sampang, untuk memindahkan warga Syiah itu ke Puspa Agro di Sidoarjo. “Para pengungsi itu akan tinggal di sana,” tegasnya.

Sebelumnya, sejumlah kalangan yang dimotori putri sulung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid atas nama kalangan Gusdurian mengharapkan sikap bijaksana SBY dalam persoalan itu. Melalui jejaring komunikasi pribadi semacam Black Berry Messanger, ia menyampaikan desakan agar Presiden SBY menuntaskan konflik itu secara serius dan memulihkan hak-hak setiap warga negara. Ia juga mendukung aparat negara menjaga stabilitas keamanan di GOR Sampang dengan tidak menyerah kepada kelompok yang tidak toleran dengan warga lainnya.
Umat Islam Syiah yang mengungsi di GOR Wijaya Kusuma itu merupakan korban tragedi kemanusiaan 2012. Pada Agustus 2012, perkampungan mereka di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang diserang kelompok bersenjata. Insiden itu menyebabkan satu orang tewas serta enam orang lainnya luka-luka. Sebanyak 47 rumah dibakar, termasuk madrasah dan musala.

Penyerangan yang terjadi pada Agustus 2012 itu merupakan kali kedua. Sebelumnya pada Desember 2011, pengikut Tajul Muluk ini juga diserang dan sekitar 300 keluarga terpaksa mengungsi.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah, termasuk mendamaikan kedua belah pihak namun belum membuahkan hasil hingga akhirnya pemerintah memutuskan agar penganut Syiah di Sampang dipindah sesuai dengan keinginan mayoritas ulama di Pulau Garam itu. (R Wibisono/JIBI/Detik/Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya