SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta — Cuaca yang ekstrim dan tidak menentu picu kenaikan harga cabai hingga 20%. Namun, pemerintah mengharapkan kenaikan harga itu tidak dibesar-besarkan.

“Pada waktu lebaran turun hampir 40%, enggak ada yang ngomong, petaninya menjerit, diem, mereka menderita sendiri. Sekarang naik 20% ribut semuanya,” keluh Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (22/12).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Bayu, cabai merupakan komoditas pangan yang tidak tahan lama sehingga tidak bisa disimpan saat musim hujan karena akan busuk. Bayu menambahkan, kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini, bukan disebabkan karena gagal panen melainkan iklim yang masih esktrim. Iklim yang ekstrim ini juga berdampak pada produksi komoditas pangan lainnya seperti beras.

“Enggak ada kegagalan panen, yang ingin kita cover iklim ekstrem ini menurunkan produktivitas, menurunkan produksi tapi tidak menyebabkan kegagalan panen, itu pelajaran harga di 2010 dan kita harus memberi apresiasi kepada petani, mereka berusaha semaksimal mungkin melakukan adjustment terhadap perubahan iklim,” jelasnya.

Bayu mengharapkan, inpres mengenai adaptasi perubahan iklim dapat segera dirampungkan dan diberlakukan sebagai bentuk dukungan bagi para petani.

“Makanya inpres adaptasi perubahan iklim itu kita dorong sepenuhnya supaya langkah yang sudah diambil petani, kita bantu supaya mereka juga mendapatkan support untuk melakukan itu,” ujarnya.

Seperti diketahui, dalam APBN 2011 pemerintah menganggarkan dana ketahanan pangan sebesar Rp3 triliun. Dana ini akan digunakan untuk menambah cadangan beras sebesar Rp1 triliun, stabilisasi harga pangan Rp1 triliun, dan ketahanan pangan Rp1 triliun.

“Menkeu memberi indikasi kalau masih kurang masih bisa ditambah lagi,” ujarnya.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, ia mengungkapkan, apabila petani yang mengalami gagal panen maka akan diberi ganti rugi yang dananya dari dana ketahanan pangan tersebut.

“Begitu dia gagal panen kita ganti, bgm kalau gagal panen income-nya kita ganti, kita sebarkan teknologi yang sesuai perubahan iklim saya punya benih tahan basah tahan kering,” tutupnya.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya