SOLOPOS.COM - Pedagang cabai melayani pembeli di lantai dasar Pasar Legi, Solo, Rabu (8/6/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, JAKARTA–Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim pemerintah telah mengintervensi sejumlah harga pangan, seperti cabai dan bawang.

Namun harga kedua harga pangan itu terus meroket.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan kenaikan harga cabai dan bawang itu karena suplai dari daerah produksi berkurang.

“Logistik dan sistem supply and demand harus dikendalikan. Kami akan intervensi dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah, dan yang terpenting adalah Kementerian Perdagangan agar betul-betul mengatur sistem logistiknya,” kata Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/7/2022).

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) pada Selasa (12/7/2022), harga beberapa jenis cabai kian melonjak.

Baca Juga: Kedaulatan Pangan Masih Semu

Rata-rata pasar tradisional di Indonesia menjual cabai rawit merah dengan harga Rp102.000 per kg, naik 7,03% dibanding kemarin.

Kemudian, cabai merah besar Rp84.850 per kg, naik 7,13% dibandingkan kemarin.

Selain itu, harga cabai merah keriting juga naik 7,13% jadi Rp89.450 per kg, dan cabai rawit hijau Rp77.400 per kg atau naik 3,75%.

Dia menambahkan pengaturan sistem logistik pangan ini sangat penting. Pasalnya, kendati kondisi produksi melimpah, logistik yang tidak lancar dapat menyebabkan harga naik.

“Saya di sini mengecek dinamika produksi dan harga pangan yang berkaitan dengan inflasi, khususnya komoditas cabai dan bawang yang alami dinamika relatif serius saat menjelang Iduladha kemarin, tapi kondisinya aman. Karena itu, perlu kita pantau terus kestabilanya hingga pasca-Iduladha dengan memperbaiki sistem logistiknya,” ujar Syahrul.

Baca Juga: Darurat Pangan, PBB Sebut 424 Juta Orang Kelaparan di Asia

Menurut Syahrul, ketersediaan stok pangan di pasar dan kelancaran distribusinya ini domainnya pemerintah daerah. Namun, untuk mengaturnya Kementan bersama Kementerian Perdagangan perlu berkoordinasi agar distribusi dari daerah produksi ke daerah suplai benar-benar terintervensi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS pusat, hasil panen cabai secara nasional di seluruh provinsi saat ini memang tengah mengalami penurunan sekitar 7%-10% dari tingkat rata-rata produksi bulanan.

Hasil identifikasi Tim Kementan, penurunan panen cabai banyak dipengaruhi oleh petani yang banyak berubah dari bertanam cabai ke pertanian padi lantaran pada periode Mei-Juni curah hujan di banyak wilayah masih cukup tinggi.

Selain itu, penurunan panen cabai juga disebabkan banyaknya penyakit yang menyerang tanaman cabai.

“Iklimnya tidak bisa kita duga. Kami juga menempuh upaya pengendalian hama penyakit yang menyerang tanaman cabai di ribuan hektare lahan sejak Mei lalu. Kami juga akan membagikan bantuan benih kepada para petani pada musim tanam berikutnya. Khususnya petani yang terdampak agar saat musim tanam tiba semuanya telah siap,” jelasnya.

Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, BRI Sabet 2 Penghargaan INews Maker Award 2022

Menurut Syahrul, berdasarkan angka total produksi cabai besar nasional pada Juli sebesar 99.949 ton dan cabai rawit sebesar 209.673 ton.

Kebutuhan cabai besar Juli diperkirakan 97.731 ton sehingga neraca cabai besar masih surplus 2.218 ton, sedangkan kebutuhan cabai rawit diperkirakan 87.308 ton sehingga neraca cabai rawit juga surplus sebesar 22.365 ton.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Mentan Syahrul Ungkap Penyebab Harga Cabai Meroket

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya